SURABAYA , 8 Desember 2023 – Pembelajaran berbasis digital yang digagas Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya saat Pandemi Covid-19 diakui dunia. Kamis (7/12) malam, pembelajaran berbasis digital tersebut memperoleh dua penghargaan sekaligus. Pertama, penghargaan dari badan dunia UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) dan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemedikbudristek).
Dalam penghargaan dari UNESCO dalam UNESCO-ICHEI Higher Education Digitalization Pioneer Case Award yang diselenggarakan di Shenzhen, China, ITS bersaing ketat dengan 131 perguruan tinggi dari 42 negara yang lolos seleksi.
Penghargaan diberikan kepada ITS atas serangkaian aktivitas pengembangan akademik ITS selama tahun 2020-2022 bertajuk “Intelligent Learning and Smart Campus” yang dikoordinir langsung oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaa, Prof Dr Ir Adi Soeprijanto MT, dengan anggota antara lain, Bagus Jati Santoso PhD, Prof Dr rer pol Heri Kuswanto MSi, Prof Dr Siti Machmudah ST, MEng, Prof Dr Ir Aulia Siti Aisjah MT, dan Fadlilatul Taufany PhD.
Dewan juri mengapresiasi antara lain dalam hal pembuatan regulasi dan kesiapan infrastruktur pembelajaran daring yang dilakukan sebelum pandemi, insentif kuliah online, hibah inovasi praktikum daring, MOOC, riset flagship intelligent learning, tablet merah putih Digits, dan aktivitas pengembangan akademik lainnya.
“ITS menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi di Indonesia yang mendapat penghargaan dari UNESCO dalam ajang tersebut,” kata Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Kemahasiswaa, Prof Dr Ir Adi Soeprijanto MT.
Sementara itu di Jakarta pada saat yang sama, ITS juga memperoleh penghargaan terbaik kedua untuk Program Bantuan Penyelenggaraan dan Pembelajaran Digital (P3D) dari Dirjen Dikti Kemedikbudristek. ITS diwakili oleh 2 tim yang diketuai oleh Dr Lila Yuwana dan Henning Titi MKom.
Pengakuan Dunia Internasional
Rektor ITS, Prof Dr Ir Mochamad Ashari, MEng mengatakan, ITS telah membangun seluruh perangkat regulasi dan infrastruktur serta menjalankan pembelajaran daring sejak Februari 2020 sebelum pandemi. Pemberlakuan pembelajaran berbasis digital ini memang sudah disiapkan sebelumnya.
“Waktu itu kami hampir mandek total. Aktivitas perkuliahan, manajemen, hingga proyek-proyek pembangunan infrastruktur semua terganggu. Bahkan dirinya beserta beberapa pejabat dan warga ITS, juga sempat terpapar virus Corona sehingga harus menjalani perawatan intensif dan isolasi di rumah sakit,” katanya mengenang.
Dikatakannya, saat itu ITS membuat aplikasi myITS Classroom untuk memfasilitasi perkuliahan daring. Semua mahasiswa dan dosen ITS sudah didaftar sesuai jadwal perkuliahan berdasarkan SIM Akademik. Pada myITS Classroom tersedia list kelas yang diikuti setiap mahasiswa.
Selain itu di ITS juga diterapkan pembelajaran asynchronous yang bisa diakses melalui LMS (learning management system), di mana dosen sudah menyiapkan materi kuliah dan mahasiswa bisa mengakses kapan saja dan di mana saja dengan fleksibel.
Ashari ingat betul, konektivitas dan akses menjadi tantangan yang harus dihadapi karena tidak semua mahasiswa memiliki akses internet yang stabil dan perangkat yang memadai untuk mengikuti pembelajaran online dengan baik.
“Waktu itu banyak terjadi perubahan dalam rencana kegiatan kampus. Sejumlah seminar, konferensi, kuliah tamu, dan event dihentikan atau ditunda. Sebagian kegiatan dialihkan secara virtual. Kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi mahasiswa diliburkan. Semua ini tentu berdampak pada pengembangan intelektual maupun sosial para mahasiswa,” tuturnya.
Tetapi, Ashari menambahkan, di dalam sebuah bencana selalu terkandung hikmah. “Gara-gara pandemi Covid, sivitas akademika ITS justru mengalami percepatan keterampilan di bidang teknologi informasi karena dipaksa menjalankan pembelajaran dan kegiatan kerja secara virtual. Mereka jadi terbiasa menggunakan berbagai platform dan perangkat lunak pembelajaran online. Apalagi menjelang pandemi melanda, ITS sudah berancang-ancang hendak menerapkan sistem pembelajaran daring dan telah menyiapkan perangkat teknologinya,” katanya.
Berbagai pengembangan inovasi yang mendapat penghargaan dari UNESCO merupakan program yang telah direncanakan sejak awal, namun sebagian dibangun karena kondisi pandemic. Seperti iProctor (Pengawas Ujian Berbasis AI), iAssesment (Ujian Dinamis Berbasis AI), RAISA (Robot Medis), iBoat, iCar, dan beberapa karya lainnya.
“Konsistensi ITS dalam melahirkan inovasi-inovasi baru untuk pembelajaran dan kontribusi kepada bangsa dan masyarakat luas, sesuai keunggulannya yaitu di bidang teknologi Digital merupakan pertimbangan UNESCO dalam memberi penghargaan,” ujarnya.
Ashari bersyukur atas penghargaan yang diperoleh dari Unesco. Prestasi ini adalah hasil kerja bersama seluruh keluarga besar ITS, untuk itu Ashari menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi atas kontribusi semua pihak.