Peringati HPN 2022 Ketum SMI, Mari Wujudkan Pers Jujur dan Kritis

Bhiksu Gunabhadra: Pers itu unsur penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jakarta – Media Istana Kenegaraan yang juga merupakan Group Media menyelenggarakan Peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Auditorium Universitas Trilogi Jakarta.
Dengan menghadirkan Pejabat Tinggi Negara juga, yakni Ketua DPDRI (La Nyala Mataliti)

Dalam hal ini menariknya, Ketua Umum Sangha Mahayana Indonesia (SMI), Rahib Jimmu Gunabhadra, Mahasthavira, S.Ag, terkait menyikapi kondisi pers nasional saat ini yang sedang dalam proses perkembangan menuju kematangan diri di hari memperingati Hari Pers (09/02/2022) mengatakan bahwa insan pers sudah seharusnya memberikan refleksi

Berikut sekilas petikan wawancara Rahib Jimmu Gunabhadra, Mahasthavira yang dirangkum dari pewarta yang mewawancarai, Rabu (09/02/22)

Bagaimana Anda melihat pers kita saat ini?

Sebagai insan pers dan sebagai anak bangsa, kita harus bisa memberitakan hal-hal yang membangun peradaban manusia Indonesia yang seutuhnya. Artinya, jurnalis dalam menulis berita apapun, harus obyektif dan mendidik. Berita itu harus mengedukasi dan membuka wawasan pembaca. Pencerahan itu amat penting. Untuk itu insan pers harus jujur, tajam, dan tepercaya.

Jadi, masih ada pekerjaan rumah (PR) kita?

Saya kira kita masih harus memperbaiki diri, perlu pembelajaran. Perlu membangun lagi sesuai koridor pemberitaan. Ini penting, karena, karena semua berita yang disajikan kepada masyarakat harus bersifat konstruktif. Kita perlu membangun cara berpikir yang jujur dan bertanggung jawab.

Kenapa?

Cara berpikir yang jujur dan bertanggung jawab itu terkait dengan moral kita. Kita menyampaikan sesuatu itu harus bisa dipertanggungjawabkan secara moral dan publik. Setiap kata, kalimat, paragraf, atau diksi, harus bisa dipertanggungjawabkan, bukan saja atas dasar akidah bahasa melainkan juga atas akidah moral yang ada dalam batin kita.

Saat ini ada banyak media. Ada kemungkinan terjadi distorsi?

Saya berpendapat, apapun berita yang disampaikan, harus obyektif, sesuai dengan observasi di lapangan. Kita harus terlibat dalam peristiwa itu, bukan mengutip sana sini tanpa terlibat. Tanpa itu, terjadilah distorsi. Kejadian di lapangan tidak sesuai dengan pemberitaan kita. Kita harus bisa membebaskan berita-berita yang tidak bertanggung jawab. Kita harus mendidik bangsa dengan cara yang benar, agar anak bangsa berpikir yang benar, kritis, dan profesional.

Bagaimana masa depan pers Indonesia?

Kita sedang dalam proses menjadi pers dan insan pers yang baik. Saya optimis. Tantangan ada, tapi harapan juga ada. Pers harus memihak manusia dan kemanusiaan. Dengan membangun wajah pers Indonesia yang jujur, bertanggung jawab, dan bermoral, maka masyarakat kita pun semakin berkembang dan mencintai sesama.

Dengan Jubah kebesaran Bhiksu (Rohaniwan Agama Buddha), sosok Jimmu Gunabhadra yang saat ini tercatat sebagai Mahasiswa Doktoral di Institute Seni Indonesia Denpasar Bali ini memimpin Doa Kebangsaan dengan Bahasa Nasional dan ditambahkan Mantra Bahasa Sansekerta yang menambah hikmatnya acara.

Bhiksu Gunabhadra juga menyampaikan bahwa Pers itu unsur penting untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karenanya Pers harus Profesional, dan Merdeka dalam menyuarakan dan menginformasikab beragam peristiwa di tengah masyarakat agama agama di Indonesia.

(Red/Bar)