SURABAYA , 19 Maret 2024 – Perkembangan terkini kondisi bangsa dan negara telah menyita perhatian banyak pihak. Suara-suara untuk mengingatkan dan menjaga pentingnya etika dan moral telah digaungkan oleh para guru besar dan akademisi lebih dari 200 kampus negeri maupun swasta.
Tampaknya pemerintah bergeming dan seakan mengabaikan suara-suara kampus yang jernih dan tanpa kepentingan politik itu.
Pada gilirannya, berbagai organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah dan pemimpin Gereja Katolik Kardinal Suharyo Hardjoatmojo juga menyampaikan keprihatinan senada.
Aliansi Masyarakat Jatim Penyelamat Demokrasi (Jateam PRO Demokrasi) berinisiatif untuk turut mendorong kepedulian terhadap masa depan bangsa dan negara yang kini tampaknya dengan sengaja dihindarkan dari perhatian publik.
“Kami mengajak 300 elemen masyarakat yang peduli dan sepakat untuk melakukan aksi damai untuk selamatkan demokrasi dan selamatkan NKRI,” jelas Teguh Prihandoko, Jubir Aliansi.
“Aksi damai kami berupa aksi senyap dengan berpakaian serba hitam sambil membentangkan spanduk dan poster berisi himbauan untuk menolak lupa atas masa depan bangsa dan negara ini,” imbuh Teguh.
“Aksi kami ini semacam acara ngabuburit menolak lupa. Kami menolak lupa pada berbagai persoalan kecurangan di balik pelaksanaan Pemilu 2024”, tambahnya.
“Mungkin ini adalah aksi damai pertama tanpa teatrikal, tanpa pengeras suara, tanpa bakar ban. Hiruk-pikuk suara keras para pihak yang justru memekakkan telinga rakyat, kami lawan dengan aksi senyap ini,” tandas Teguh.
Aksi ini akan berlangsung setiap hari dari hari ini Jumat 15 Maret 2024 hingga pengumumam KPU RI atas hasil Pilpres 2024. Diperkirakan pesertanya akan terus berkembang dan bahkan membludak seiring berjalannya waktu.
“Pendek kata, kami tidak ingin rakyat dikondisikan melupakan berbagai ketidakbenaran dengan cara disodori persoalan seperti kenaikan harga-harga kebutuhan sehari-hari. Rakyat tidak boleh membiarkan nasib dan masa depannya dipermainkan oleh kekuatan-kekuatan anti-nasional,” tutup Teguh.