Relawan Politik: Antara Idealitas dan Kepentingan

Relawan Politik: Antara Idealitas dan Kepentingan (Opini By: Indria Febriansyah, Ketua Umum Kabeh Sedulur Tamansiswa Indonesia)

Jakarta, 15 Maret 2025,- Dalam setiap perhelatan pemilihan presiden atau kepala daerah, keberadaan kelompok relawan menjadi fenomena yang tak terhindarkan. Relawan hadir dengan berbagai motif, mulai dari idealisme perubahan hingga kepentingan pragmatis. Ada yang rela mengorbankan waktu, tenaga, dan dana pribadi demi melihat kandidat yang mereka dukung menang, tetapi tak sedikit pula yang memanfaatkan momentum politik ini untuk mencari keuntungan pribadi atau posisi dalam pemerintahan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa politik bukan sekadar soal memenangkan suara, tetapi juga tentang bagaimana dinamika di balik layar bekerja. Kandidat yang bertarung tentu memiliki tim pemantau untuk menilai efektivitas para relawan—mana yang benar-benar berkontribusi, mana yang hanya sekadar membangun citra di media sosial. Proses seleksi ini akan menjadi dasar bagi kandidat yang menang dalam menentukan siapa yang layak diajak bergabung dalam pemerintahan atau diberikan peran lebih lanjut.

Namun, penting untuk dipahami bahwa keterlibatan relawan tidak selalu berarti politik balas budi. Jika seseorang memang memiliki kapasitas dan kapabilitas, wajar jika ia diberi ruang untuk berkontribusi lebih besar dalam pemerintahan. Pada akhirnya, validasi terhadap peran dan kerja nyata relawan akan terjadi secara alami seiring berjalannya waktu. Yang benar-benar bekerja akan terlihat, sementara yang hanya berpura-pura akan tersisih dengan sendirinya.

Demokrasi yang semakin dewasa seharusnya mampu menempatkan relawan dalam posisi yang lebih berorientasi pada kepentingan publik, bukan sekadar alat untuk mencapai kekuasaan. Bagaimanapun juga, peran relawan dalam sebuah kontestasi politik semestinya berlandaskan pada niat tulus untuk perubahan yang lebih baik, bukan sekadar alat transaksional demi kepentingan sesaat.