Prosiar, Jakarta – Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin berharap tidak ada perbedaan penetapan awal Ramadhan 1443 Hijriah antara Muhammadiyah dengan pemerintah (NU) tahun ini.
Ma’ruf mengatakan, jika nantinya terdapat perbedaan awal Ramadhan antara Muhammadiyah dengan NU, maka sudah ada pemahaman bersama untuk saling bertoleransi.
“Artinya ada toleransi, ya, misalnya, Muhammadiyah ada pendekatan ada namanya wujudul hilal, asal ada hilal. Kalau pemerintah itu ada imkanur rukyah, kemungkinan rukyah, minimal dua derajat,” ujarnya, dilansir Antara.
Ma’ruf meyakini, penetapan awal Ramadhan antara pemerintah dengan Muhammadiyah akan sama tahun ini.
“Kalau melihat tahun ini kemungkinan lebih dari dua derajat, kemungkinannya akan sama. Mudah-mudahan sama,” ucapnya.
PP Muhammadiyah, melalui maklumat Majelis Tarjih dan Tajdid, telah menyampaikan bahwa awal Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada Sabtu, 2 April 2022.
Penetapan tanggal tersebut telah sesuai dengan Kalender Hijriah Global atau Kalender Islam Global yang merupakan rujukan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Kalender Hijriah Global adalah kalender yang disusun berdasarkan Kriteria Istanbul, hasil keputusan Kongres Internasional Unifikasi Kalender Hijriah Global di Istanbul, Turki, pada tahun 2016.
Jika merujuk pada Kalender Hijriah Global, bulan Syaban 1443 yang berjumlah 29 hari, bertepatan dengan tanggal 1 April 2022.
Artinya, menurut kalender hijriah internasional tersebut, Ramadhan 1443 Hijriah di Indonesia akan jatuh pada 2 April 2022, atau hari Sabtu.
Adapun Kementerian Agama akan menggelar pemantauan hilal di 101 lokasi di seluruh provinsi di Indonesia sebelum melaksanakan sidang isbat untuk menentukan awal bulan Ramadhan 1443 Hijriah pada 1 April 2022.
Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama Adib mengatakan, pemantauan hilal atau rukyatul hilal akan dilaksanakan oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama serta Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota bekerja sama dengan instansi terkait lain dan organisasi masyarakat Islam di daerah.
Adib menjelaskan bahwa hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil pemantauan hilal akan dijadikan sebagai masukan dalam sidang isbat untuk menentukan awal bulan Ramadhan.
Menurut Adib, berdasarkan hasil hisab semua sepakat bahwa ijtimak menjelang Ramadhan jatuh pada 1 April 2022 atau 29 Syaban 1443 Hijriah sekitar pukul 13.24 WIB.
“Pada hari rukyat, 29 Syaban 1443 H, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, berkisar antara 1 derajat 6,78 menit sampai dengan 2 derajat 10,02 menit,” kata Adib, dikutip dari siaran pers di Jakarta.
Sidang isbat penentuan awal Ramadhan akan dilaksanakan di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama setelah pemaparan posisi hilal oleh Tim Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama.
Menurut Kepala Sub-direktorat Hisab Rukyat dan Syariah Kementerian Agama Ismail Fahmi, sidang isbat antara lain akan dihadiri oleh sejumlah duta besar dari negara sahabat serta perwakilan dari Komisi VIII DPR, Mahkamah Agung dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Perwakilan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Informasi Geospasial (BIG), Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB), Planetarium, pakar falak, serta pemimpin organisasi kemasyarakatan Islam dan pondok pesantren juga dijadwalkan menghadiri sidang isbat.
“Sidang akan digelar secara hybrid, yakni daring dan luring. Sebagian peserta hadir di lokasi acara, sebagian mengikuti secara online melalui zoom meeting,” kata Ismail.
Hasil sidang isbat akan disiarkan langsung di TVRI, RRI, dan media sosial Kementerian Agama. (red)
Editor: Gus Din