Prosiar, Jakarta – Posisi Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama sejak ditinggalkan Prof. Dr. Thomas Pentury, M.Si. hingga kini belum ada pengganti secara definitive. Sekalipun demikian proses untuk menentukan siapa yang akan menggantikan atau menempati sebagai Dirjen Bimas Kristen saat ini sudah memasuki masa penentuan dari tiga kandidat yang lolos dari empat belas yang mencalonkan diri.
Ketiga yang masuk kandidat Dirjen Bimas Kristen berdasarkan nomor urut nilai, pertama Indra Yuwana, kedua Jeane Marie Tulung dan terakhir Suganda Pandapotan Pasaribu.
Tentang sekilas sosok-sosok yang masuk tiga besar kandidat Dirjen ini berdasarkan penelusuran bahwa Indra Yuwana pria kelahiran Bandung ini masih relative muda kelahiran 1980, dengan bekal pendidikan yang cukup mumpuni.
Dalam kiprahnya Indra saat ini aktif di sebagai kepala hubungan pembinaan umat, sebuah wadah yang dekat semua agama dan keyakinan. Pendidikan luar negeri tentu bisa menjadi bekal ketika nanti dipercaya menjadi dirjen bimas Kristen apalagi kabarnya konon Indra dekat dengan NU ini bisa sebagai modal dalam menjalin hubungan untuk mengatasi adanya kerenganggan hubungan bahkan persoalan lintas agama yang acapkali berbenturan di lapangan.
Kemudian Jeane Marie Tulung adalah seorang ibu dan Rektor Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado Sulawesi Utara sebagai latar belakang pendidik tentu persoalan pendidikan baik Sekolah teologi maupun sekolah-sekolah basis Kristen yang menjadi konsennya. Demikian pula dengan adanya tantangan globalisasi dalam pelayanan gereja-gereja juga menjadi perhatian Jeane M Tulung ini.
Sedangkan sosok ketiga adalah Suganda Pandapotan Pasaribu juga berlatar belakang dosen dan saat ini menempati sebagai Sekretaris Jendral di Ombudsmen RI, artinya kiprah dan pengalaman dari ketiga kandidat ini bisa di pertanggungjawabkan.
Perlu diketahui dari tiga kandidat Bimas Kristen ini satu-satunya yang bukan ASN adalah Indra Yuwana, mengenai siapa yang memang pantas terpilih. Tentu masing-masing ada dukungan seperti untuk menata perubahan di Dirjen Bimas Kristen butuh orang luar artinya bukan biriokrat. Namun disisi lain agar tidak terlalu lama menyesuaikan tugas dibutuhkan orang birokrat yang sudah berpengalaman.
Terlepas dari itu semua Pendeta Harsanto Adi ketua Umum Asosiasi Pendeta Indonesia atau API, mengharapkan siapapun itu harus tahu tupoksi artinya tahu tugas prioritasnya. Sebagai dirjen bimas Kristen dengan maraknya persoalan kerukunan umat beragama seperti penolakan gereja-gereja di Cilegon dan sebagian Jawa barat serta moderasi beragama maka dibutuhkan seorang yang dekat dengan lintas umat beragama.
Demikian pula dengan perhatian anggaran bagi umat Kristen juga dibutuhkan seseorang yang mampu bekerjasama dengan anggota dewan (DPR RI) sehingga mampu meyakinkan agar anggaran dirjen bimas Kristen bisa ditambah.
Senada dengan Harsanto Adi, Pdt Antonius Natan yang juga salah satu pimpinan STT LETS ini berharap perhatian Dirjen Bimas Kristen kepada sekolah teologi mengenai mutu serta kualitas pendidikan perlu mendapatkan porsi yang lebih baik. Karena bicara pendidikan maka karya berupa jurnal maupun disertasi perlu dipastikan originalitasnya.
Kemudian ada juga harapan dari aktivis Kristen bahwa Dirjen Bimas Kristen ini nanti adalah orang yang jelas bersih, berintegritas, anti korupsi dan suap, tidak kompromi dengan hal-hal yang menimbulkan kesulitan ketika akan mengambil kebijakan dengan main mata ke parpol tertentu. Transparasi dan keterbukaan bisa dipertanggungjawabkan. Makanya publikasi apa saja kinerja dari dirjen bimas Kristen menjadi kebutuhan utama untuk diketahui masyarakat luas.
Sekalipun memang faktor politik sangat berpengaruh terpilihnya Dirjen Bimas Kristen Protestan ini, ungkap Harsanto Adi namun setidaknya Dirjen Bimas Kristen nanti benar-benar sosok yang serius membangun hubungan yang baik kepada aras gereja, sekolah-sekolah teologi maupun organisasi-organisasi pelayanan, tutupnya.
(Kfs)