KAPASITAS VS MODAL BERPOLITIK

Kenal Budiman Sudjatmiko?

Selain Fahri Hamzah, Rama Pratama, Adian Napitupulu dia adalah penggedor terpopuler exponen 98. Kalau saya demosntarasi di masa itu hanya seputaran Darmaga – Baranangsiang karena gak punya ongkos lebih, tokoh-tokoh ini turun di gelanggang demonstrasi besar langsung, gedung MPR/DPR saat itu.

Berbeda dengan aktivis lain yang rata-rata tidak punya “pustaka mendalam dalam otaknya”, Budiman dijejali rekaman pergerakan Amerika Latin begitu fasihnya.

Sempat mempelajari dirinya lebih dalam di websitenya, saya menemukan Indonesia versi Budiman yang lebih ke kiri. Indonesia yang menomorsatukan kaum papa, “memapas” akses borjuis, untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Konsepsi Pancasila ala Budiman mirip dengan Pancasila 1 Juni ala Bung Karno, Budiman adalah politisi dengan kapasitas berfikir yang mumpuni.

Sebagai aktivis sejati, gerak langkahnya dikendalikan pikiran-pikirannya sendiri, bukan tekanan pihak manapun. Ia memutar haluan dari mendirikan parlemen/partai jalanan bernama Partai Rakyat Demokratik kepada Partai Soekarnois PDI Perjuangan yang dulu tidaklah sebesar sekarang ini.

Setelah berhasil melanggeng ke DPR, memperjuangkan ide-idenya termasuk Dana Desa, ia kini menjadi rakyat biasa.

Dan kemudian di 2024, ia berfikir saatnya mengkonsolidasikan jejaring dan pengaruhnya kepada konsepsi NEGARA KUAT di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto. Budiman harus menelan konsekuensi tidak ringan, ia dibenci, dicaci dan dipecat dari Partai PDIP, sebuah saluran politik yang paling kuat sekarang yang ia juga perjuangkan.

Langkah serupa dilakukan Gibran Rakabuming dengan mewakafkan waktu, tenaga dan segala perhatiannya untuk mendukung Prabowo. Kita perhatikan Gibran tidaklah mengundurkan diri, dia juga tidak dipecat oleh PDIP. Ada apa?

Daripada menelan isu politik dua kaki yang entah darimana argumen sehat ini berasal, barangkali kita bisa mengambil peristiwa ini sebagai contoh telanjang bahwa MODAL BERPOLITIK jauh lebih kuat dibanding “sekedar” KAPASITAS BERPOLITIK. Semoga kita menyadari hal ini, ada di tengah-tengah kita.