Makna Dibalik ‘Masak Saja’ Hasan Nasbi

*Makna Dibalik ‘Masak Saja’ Hasan Nasbi*

Jakarta – Pernyataan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi soal “masak saja!” dalam merespons pertanyaan wartawan terkait kiriman kepala babi ke kantor Tempo, belakangan banyak yang salah mengartikan.

Konteks pernyataan tersebut memang memberi celah timbulnya multitafsir, menimbang ia bisa dimaknai menurut persepsi masing-masing.

Mengenai misinterpretasi soal perkataan Hasan Nasbi, Ketua Umum Ikatan Media Online (IMO) Indonesia Yakub F. Ismail pun akhirnya buka suara.

Menurut Yakub, apa yang diucapkan mantan wartawan Kompas itu sebenarnya mengandung makna positif, hanya saja beberapa pihak berusaha menggiring makna tendensius demi memanfaatkan situasi yang tengah gaduh.

“Kalau dipahami secara sederhana, kalimat “masak saja!” ini kan berarti tinggal dimasak, silakan dimasak, langsung dimasak. Tapi, sekali lagi yang harus dilihat adalah konteksnya,” kata Yakub di Bilangan, Jakarta, Selasa (25/3).

Yakub lebih jauh mengatakan bahwa ada makna metaforis yang tidak dipahami beberapa kalangan khususnya masyarakat awam dalam memaknai kalimat tersebut.

“Tadinya kita mengira sebagian yang punya intelektualitas bisa kemudian memahami makna kiasan yang tersirat di dalamnya. Bahwa di sana ada sebuah pesan metafor yang tidak bisa dibaca apalagi dipahami secara harfiah,” ujarnya.

Menurutnya, istilah itu lebih tepatnya dipahami sebagai sikap resiprokal bernada serangan balik ke pihak yang berusaha memberi teror ke korban.

“Jadi kalau kita posisikan Tempo sebagai pihak korban intimidasi atau teror, maka seruan “masak saja” bermakna, lawan dan jangan tunduk pada permainan peneror. Di sana ada pesan perlawanan agar si peneror tidak merasa aksinya berhasil membuat lawan takluk atau gemetar,” terangnya.

Yakub memahami bahwa Hasan Nasbi bukan orang baru dalam dunia pers. Sebagai orang yang lama malang melintang dalam dunia jurnalistik, maka Hasan sangat terbiasa dengan bahasa dan intrik pembungkaman.

“Dengan begitu, istilah dan pengetahuan seputar dunia teror media sudah menjadi kamus kehidupan. Jadi, apa yang keluar dari pernyataan spontan Hasan Nasbi harus dimaknai dalam konteks pengalamannya dalam dunia pers ini,” urainya.

“Jadi, boleh dibilang statemen tersebut bentuk perlawanan terhadap peneror. Masak saja, sama dengan goreng saja, artinya ayo berikan serangan psikologis balik ke peneror bahwa kita pun tidak gentar diperlakukan begitu, apalagi sekelas Tempo,” tandasnya.

Untuk itu, pihaknya berharap penggiringan opini seoalah-olah Hasan Nasbi tidak mendukung kemerdekaan pers lantaran pernyataan yang disalahartikan ini segera disudahi.

“Ayo mari kita dukung kemerdekaan pers dan melawan setiap bentuk teror dan intimidasi terhadap jurnalis,” pungkasnya. (red)