Jakarta – Di era reformasi saat ini justru rakyat terus menjerit, lantaran stok sejumlah kebutuhan pokok seperti minyak goreng, kedelai dan lainnya bermasalah. Menanggapi hal itu Peneliti Kebijakan Publik Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie menilai alasan utama stok bahan baku makanan di pasar kerap langkah lebih diakibatkan cara kerja Kementerian Pedagangan tak becus dan sontoloyo.
Anehnya lagi, pejabat Kemendag menyebut soal migor tak ada masalah di lapangan tapi faktanya justru sebaliknya.
“Lihat saja di sejumlah daerah banyak masyarakat antre berjam-jam dan berdesak-desakan. Hal ini juga pernah terjadi atau sama persis dengan tahun 1965. Bayangkan sebelum 1969 tingkat inflasi Indonesia menyentuh 600 persen dan turun sampai 9-10 persen. Kalau tak mampu tangani perdagangan dalam negeri mending Mendag Muhammad Lutfi mundur sajalah,” tegas Jerry, Sabtu (12/3/2022).
Barangkali jika terjadi reshuffle maka ada 1 atau 2 menteri yang bakal get out atau kena reshuffle Jokowi. Tentunya, mereka yang rapor merah misalnya Menteri BUMN Erick Tohir, Menristekdikti Nadiem Makarim dan Mendag Muhammad Lutfi.
“Saya agak geli juga mendengar pernyataan Menteri Perdagangan terlalu mengada-ngada mana mungkin menurutnya Indoneisa akan jadi negara maju tahun pada 2045, sekarang aja minyak goreng amburadul. Ngomong pake otak bukan demgkul,” ucap dia.
Disatu sisi, Jerry mempertanyakan mana mungkin kita negara terbesar penghasil CPO atau kelapa sawit justru kita kekurangam stok minyak goreng.
“Memang controlling pemerintah sangat lemah san kinerja Lufti ini sangat dan amat buruk. Paling mudah mengatsi itu pemerintah langsung turun jangan lagi ke penyalur atau agen atau bentuk tim satgas minyak goreng. Yang saya bingung kinerja Kemendag. Memang ada 4 perusahaan besar sebagai produsen minyak goreng dan mereka menguasai 46,5 persen pasar,” ucapnya.
Jadi Jerry menyarankan, minyak goreng dari pabrik jangan lagi ke produsen, agen langsung turun ke bawah untuk menyalurkan minyak goreng. Memang negara kita lagi gawat dan tak menentu sistem demokrasi saja terus diobok-obok, tenaga kerja asing (TKA) dan produk asing terus menggurita di Indonesia Mendag ini jangan bermimpi Indonesia jadi negara maju. Mobil nasilnal saja kita belum bisa bikin apalagi jadi negara maju.
“Barangkali lagi ngingau sang menteri ini Di era Pemerintaham SBY Menteri Perdagangan Gita Wiryawan sangat cerdas mengatur sistem perdagagan Indonesia, apalagi di era Soeharto ada Bustanil Arifin yang handal di bidang ini. Justru saat ini agak memble mengatur stok migor di Indonesia. Era Soeharto produksi migor tak seperti sekarang ini tapi menterinya mampu,” tandasnya.