Pemprov Sumsel Maksimalkan Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Pertanian

 

Palembang – Wakil Gubernur Sumsel H Mawardi Yahya menilai, upaya pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan pertanian dan perkebunan memang sudah seharusnya dilakukan. Hal itu juga sudah menjadi salah satu fokus yang dilakukan Pemprov Sumsel mengingat lahan gambut diwilayah Sumsel merupakan yang terbesar kedua di pulau Sumatera dengan luasan 25 hingga 35 persen dari total luas wilayah Sumsel yang mencapai 9 juta hektare.

“Saya kira upaya pengelolaan gambut ini memang perlu dilakukan sehingga lahan gambut ini bisa bermanfaat ekonomi bagi masyarakat,” kata Mawardi ketika melakukan pertemuan bersama tim International Centre for Research in Agroforesrty (ICRAF) di ruang tamu Wakil Gubernur Sumsel, Jum’at (4/2/2022).

Hanya saja, lanjut Mawardi dalam pengelolaan lahan gambut tersebut dibutuhkan perencanaan yang matang bahkan masyarakat akan setuju jika lahan gambut tersebut dilakukan pengelolaan sehingga ekonomi juga akan semakin meningkat.

“Tapi memang perlu dilakukan perencanaan karena lahan gambut ini pasang surut. Harus dilihat juga tanaman yang cocok untuk lahan ini. Jangang sampai nanti jika air sedang pasang, tanaman tersebut tenggelam dan rusak yang tentunya akan merugikan para petani,” terangnya.

Sebab itu, Mawardi meminta ICRAF melakukan riset untuk menentuk tanaman yang memiliki potensi besar untuk ditanami di lahan gambut tersebut.

“Karena kita ingin upaya ini memiliki manfaat jangka panjang. Buat percontohan di beberapa luas lahan. Jika itu berhasil, tentu masyarakat akan ikut meemanfaatkannya. Yang penting nantinya ada contoh keberhasilannya,” paparnya.

Diketahui, pertemuan Wakil Gubernur Mawardi Yahya bersam tim ICRAF tersebut dalam rangka membahas pelaksanaan project sustainable Lanscape for Climate-Resilient Live Lihoods (Land4Live).

Proyek ini memiliki fokus utama mengurangi deforestasi, meningkatkan kondisi lahan, serta juga meningkatakan penyerapan karbon di tiga provinsi di Indonesia yakni Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan juga NTT.

Project tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pada sektor ekonomi dan iklim, mata pencaharian, dan ketahanan pangan untuk para petani perempuan dan laki-laki yang miskin dan rentan serta pada sektor usaha kecil, khususnya perhatian pada pengusaha perempuan.

Proyek tersebut secara langsung mentargetkan perubahan penggunaan lahan yang berbahaya bekerjasama dengan para petani dalam upaya mengurangi deforestasi dan reklaim lahan gambut sekaligus mengurangi kerentanan iklim serta meningkatkan mata pencaharian. Pada pelaksanaan proyek dalam upaya mempromosikan alam berbasis solusi melalui pertanian cerdas iklim dan pengelolaan lahan dan air yang komprehensif.

Sumsel sendiri merupakan satu dari tiga provinsi yang akan dilakukan project tersebut. Dimana di Sumsel sendiri akan terfokus di dua daerah yakni Kabupaten Banyuasian dan Kabupaten Musi Banyuasin.

Sementara itu, Indonesian Country Coordinator Sonya Dewi menjelaskan, project tersebut untuk mencari solusi dalam meningkatkan kehidupan para petani dan lingkungan. Artinya, meskipun dilakukan pengelolaan, lingkungan masih akan tetap terjaga dengan baik.

“Kita berupaya mencari cara bagaimana masyarakat tetap hidup dengan mengelola lahan pertanian tapi dengan kualitas alam yang terus terjaga. Termasuk juga melakukan tata kelolanya,” katanya

Dia menyebut, pihaknya akan bekerjasama dengan petani untuk meningkatkan kapasitas pertanian tersebut.

“Termasuk soal potensi lahan gambut untuk pertanian, pasarnya seperti apa. Sehingga ketahanan pangan tetap terjaga dan ekonomi masyarakat meningkat,” pungkasnya.

Turut hadir dalam pertemuan itu, Programme Management Unit Leader ICRAF Andree Ekadinata, ICRAF Provinsial Coordinator South Of Sumatera David Susanto, Reseacher Officer Sylvanita Fitriana, Communication Specialist Emmy Fitri dan sejumlah pejabat terkait di lingkungan Pemprov Sumsel. (Ocha)

Editor: Gus Din