Pertemuan Tokoh Mahasiswa Lintas Generasi Soroti Perubahan Nama MMU-KBM-UST Menjadi BEM-U UST

oplus_1312
oplus_1280

Pertemuan Tokoh Mahasiswa Lintas Generasi Soroti Perubahan Nama MMU-KBM-UST Menjadi BEM-U UST

Yogyakarta, 14 April 2025 — Suasana hangat namun sarat keprihatinan mewarnai pertemuan antara tokoh-tokoh mahasiswa lintas generasi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) di Yogyakarta. Ketua Majelis Mahasiswa Universitas Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (MMU-KBM-UST) periode 2010–2012, bersama Ketua Majelis Mahasiswa Fakultas Psikologi 2010–2012, Fredy Mbulur, menemui Presiden Mahasiswa UST 2025, Ain Dadong.

Pertemuan ini digelar untuk mengonfirmasi kabar perubahan nama lembaga mahasiswa tertinggi di kampus Tamansiswa dari MMU-KBM-UST menjadi BEM Universitas UST. Indria Febriansyah, yang juga dikenal sebagai aktivis kebangsaan dan alumni penggerak mahasiswa, menyayangkan langkah tersebut. Ia menilai perubahan ini berpotensi mengaburkan sejarah panjang perjuangan mahasiswa Tamansiswa serta menjauh dari cita-cita luhur Ki Hadjar Dewantara.

“MMU bukan hanya nama, tapi warisan perjuangan dan cerminan kemandirian mahasiswa dalam mengawal nilai-nilai Tamansiswa. Mengubahnya menjadi BEM-U tanpa diskusi terbuka mencederai semangat demokrasi dan gotong royong,” ungkap Indria.

Menanggapi hal itu, Ain Dadong mengungkapkan bahwa perubahan nomenklatur tersebut merupakan kebijakan yang datang langsung dari pihak rektorat. Ia sendiri mengaku kaget dan menyatakan bahwa pihaknya hanya menjalankan struktur baru tersebut untuk sementara waktu, sembari tetap membuka ruang diskusi lanjutan.

Dalam pertemuan itu, turut dibahas soal tugas pokok dan fungsi kelembagaan mahasiswa yang kini dinilai telah diamputasi oleh kebijakan internal kampus. Menurut para alumni, demokrasi mahasiswa kini hanya menjadi formalitas akademik semata, tanpa ruang aktualisasi substansial.

“Banyak kewenangan yang dulu menjadi hak mahasiswa kini dikebiri. Kami hanya diberikan peran seremonial, bukan substansial,” ujar Ain dengan nada prihatin.

Pertemuan tersebut menjadi refleksi penting akan arah gerak kelembagaan mahasiswa di UST. Indria Febriansyah dan Fredy Mbulur berharap agar semangat asli Tamansiswa tetap menjadi kompas moral mahasiswa dan tidak dikaburkan oleh kebijakan administratif semata.

“Bila kita tidak kritis, maka sejarah akan hilang, dan kampus kehilangan jati dirinya,” tutup Indria.