Jacob Ereste :
*Potensi Bangsa Timur Akan Kembali Melahirkan Pemimpin Spiritual Kaliber Dunia Untuk Membangun Peradaban Baru Manusia di Bumi*
Isa Al-Masih adalah nabi yang sangat istimewa bagi ummat Islam. Sejumlah ayat dalam Al Qur’ancukup banyak menegaskan Isa Al-Masih. Diantara keistimewaannya adalah Isa Al-Masih tidak pernah berdosa. Lahir tanpa ayah, memiliki sejumlah mukjizat, dan dipastikan akan turun pada hari kiamat kelak. Keyakinan ini menjadi bagian dari laku spiritual segenap eksponen GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) dengan segenap pendukung dan simpatusan yang terus bertumbuh dan berkembang di Indonesia.
Dari berbagai referensi setidaknya ada 60 ayat dalam Al-Quran yang memberi kesaksian tentang Isa Al-Masih. Meski tak terlalu penting seberapa banyak sosok Isa Al-Masih disebut – seperti sosok Nabi yang lain – tetapi apa dikatakan-Nya perlu dipahami sebagai bagian dari bekal berjalan mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Pada surat All Baqarah (Sapi Betina) ayat 87 misalnya menyebutkan bahwa ; sungguh Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami susulkan setelahnya dengan rasul-rasul, dan Kami telah berikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti kebenaran serta Kami perkuat dia dengan Rohulkudus (Jibril). Mengapa setiap rasul yang datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian kamu bunuh?
Dalam surat yang sama pada ayat yang berbeda (2 :253) mengatakan; Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Lalu dalam Surat Ali Imran (3: 39) dikatakan Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh.
Jadi Nabi Isa Al Masih dalam keyakinan Islam yang berpegang pada Al Qur’an jelas sebagai sosok yang saleh, penuntun manusia berikutnya menuju jalan yang benar. Seperti dalam Surat Maryam berikutnya (3:45) menegaskan…. Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). Lalu (3:48) … Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.
Begitulah akhirnya semakin nyata seperti ditegaskan kemudian dalam Surat Ali Imran (49) sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata), “Aku telah datang kepada kamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu orang beriman.
Hingga kemudian Isa Al Masih menegaskan (3:50) (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Lantar (3:61) Ssapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): “Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta. Kecuali itu dalam Surat An Nissa 163 mengegaskan; Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya, dan Kami telah mewahyukan (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya; Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami telah memberikan Kitab Zabur kepada Dawud.
Dalam konteks pemahaman serupa inilah konsepsi tentang rachmatan lil alamin itu dapat dipahami sungguh sangat luar biasa meliputi kesalamatan bagi seluruh umat manusia dan alam jagat raya serta seisi lainnya menjadi titik temu sebagaimana acap dikatakan Eko Sriyanto Galgendu bahwa kepemimpinan spiritual di Indonesia bisa muncul dan berdatangan dari bilik-bilik agama yang ada di Indonesia dengan ketokohan para pemuka agama masing-masing yang mengusung nilai-nilai illahiah untuk kemaslahatan hidup dan penghidupan manusia di bumi. Karenanya, dalam mendorong semangat gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual bangsa Indonesia dapat melalui forum lintas agama yang terus tumbuh dan berkembang di Indonesia guna menyongsong peradaban baru manusia di bumi.
Ayat-ayat Al Qur’an lainnya yang cukup relavan untuk dijadikan acuan dalam memahami gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual melalui forum lintas agama bisa mengacu pada Surat An Nissa 171 yang menyerukan; Wahai (para) Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga,” berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung.
Lalu dalam Surat Al Maidah 110, juga mengingatkan ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam! Ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu sewaktu Aku menguatkanmu dengan Rohulkudus. Engkau dapat berbicara dengan manusia pada waktu masih dalam buaian dan setelah dewasa. Dan ingatlah ketika Aku mengajarkan menulis kepadamu, (juga) Hikmah, Taurat dan Injil. Dan ingatlah ketika engkau membentuk dari tanah berupa burung dengan seizin-Ku, kemudian engkau meniupnya, lalu menjadi seekor burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika engkau menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika engkau mengeluarkan orang mati (dari kubur menjadi hidup) dengan seizin-Ku. Dan ingatlah ketika Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuhmu) di kala waktu engkau mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.”
Keyakinan Eko Sriyanto Galgendu bahwa kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual kembali muncul lahir dan muncul pada “era kalabendu” sekarang ini. Apalagi Majelis Lengkap Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (MPL-PGI) yang berlangsung pada 28-31 Januari 2019 di Cisarua Bogor, telah mengusung dengan special dan khusus tema “Spiritualitas, Keugaharian Membangun Demokrasi Yang Adil Bagi Kesejahteraan Semua”. Yang kemudian dipaparkan melalui Surat dari Redaksi Oikoumene, Februari 2019 untuk disimak oleh banyak pihak. Demokrasi, keadilan dan kesejahteraan rakyat yang masih menjadi “PR” bangsa Indonesia yang harus terus diperjuangkan. Realitas demokrasi masih mengalami carut marut. Iklim demokrasi yang seharusnya memberi ruang bagi tumbuh suburnya kebebasan, justru melenceng 90 derajat. Yang terjadi adalah aksi pelarangan dan pemaksaan kehendak atas nama demokrasi.
Tema keugaharian menjadi bingkai bersama Gereja-gereja angora PGI di Indonesia, yakni ekologi, kemiskinan, ketidakadilan dan radikalisme dan intoleransi, kata Ketua Umum PGI, Pendeta Henriette T. Hutabarat-Lebang. Sementara Pendeta Zakaria Ngelow mengingatkan bahwa spiritualitas keugaharian menganjurkan tiga Tindakan strategis dalam rangka politik keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat.
Kampanye tentang hidup berkecukupan, merasa cukup, menolak hidup mewah dan berlebihana adalah langkah nyata dari laku spiritual mulai dari dalam Geraja dan kehidupan orang Kristen, termasuk dalam kehidupan para pejabat dan politisi Kristen. Kedua, segera mengembangkan pola-pola ekonomi kerayatan yang berada di luar sisten ekonomi neoliberalisme di tengah komunitas local. Ketiga, mendukung Gerakan atau Lembaga advokasi yang memperjuangkan nasib rakyat kecil dan ekologi yang terlindas oleh kerakusan para agen dari system neoliberalisme.
Konsep spiritualitas Keugaharian yang dicanangkan MPL – PGI adalah membangun demokrasi yang adil bagi kesejahteraan untuk semua. Dalam seluruh aspek kehidupan, spiritualitas keugaharian masih menjadi masalah bagi bangsa dan negara Indonesia, karena bangsa dan negara Indonesia sedang menghadapi keempat krisis ini ditengah berlangsungnya demokrasi yang belum berjalan secara substantif – atau dalam istilah kaum pergerakan adalah demokrasi transaksional – yang memang berkelindan dengan masalah HAM serta kejahatan ekonomi dan politik yang semakin akut dan gawat. Karena itu, spiritualis keugaharian dianjurkan menempuh jalan strategis dalam kerangka politik, keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Jakarta, 10 Januari 2022
Editor: Gus Din