TEGAL – Musim kemarau berkepanjangan dan kurangnya pasokan air membuat ratusan hektare lahan pertanian terancam gagal panen. Hal itu dampak dari kekeringan yang
melanda akhir-akhir ini di sejumlah wilayah di Kabupaten Tegal seperti yang terjadi di Karangmalang dan Kebandingan.
Tak sedikit petani di Kabupaten pun menjerit dan mengeluh akibat kekurangan air untuk pengairan sawahnya, jika hal itu dibiarkan maka akibatnya akan mengalami kerugian.
Merespon hal itu, Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Dr. Dewi Aryani, M.Si turun langsung ke lokasi persawahan yang mengalami kekeringan dan terancam gagal panen di wilayah Karangmalang Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal, Selasa 29 Agustus 2023.
Dihadapan para petani, Dewi Aryani didampingi Sekdin Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Tegal A M Aji, Kades Kebandingan Sutrisno serta Perangkat Desa Karangmalang langsung menghubungi Kepala BBWS Pemali Juana Harya Muldianto via sambungan teleponnya.
Dalam percakapannya, Legislator Senayan 3 periode ini meminta kepada Kepala BBWS Pemali Juana Harya Muldianto untuk menambah pasokan air, karena ini untuk mencegah gagalnya panen. Alhasil, permintaan Politisi PDI Perjuangan ini langsung ditanggapi dan dikabulkannya.
“Baik, kita tambah 1000 liter per detik selama 2 minggu,” kata Harya, disambut ucapan Alhamdulillah oleh para petani dengan gembira.
Kepada media, Dewi menegaskan ketahanan pangan nasional itu sangat penting dalam kehidupan manusia, ketahanan pangan menjadi prasyarat mutlak.
Disinggung terkait management pengelolaan pertanian di Kabupaten Tegal, Dewi mengatakan secara keseluruhan mereka memang banyak mengandalkan dari waduk-waduk yang ada sementara. “Sekarang modifikasi pertanian itu kan sudah banyak, kalau menunggu air dari waduk segala macam itu masih pertanian tradisional konvensional,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PDI Perjuangan yang kerap blusukan ke desa-desa.
Menurut Dewi, Dinas Pertanian harusnya melalui mereka-mereka harus menambah ilmunya bahwa pertanian ini sekarang sudah ada kemajuan pesat, harus banyak belajar dari wilayah yang lain, negara yang lain, ilmunya ditambah dan melakukan pilot project di beberapa daerah yang diduga atau diperkirakan kesulitan air. Maka itu harusnya melakukan riset-riset itu penting, anggaran APBD di manapun termasuk Kabupaten Tegal jangan hanya habis untuk ghibah bansos, tapi skala prioritasnya harus ada juga di pertanian. Salah satunya dengan melakukan riset bagaimana memanage area pertanian kita ini supaya ketergantungan dengan air itu tidak menjadi selalu musibah atau sebab yang berkelanjutan,” tandas Dewi.
Lebih lanjut Dewi mengatakan persoalan kekurangan air itu sudah berkali-kali dan bertahun-tahun terjadi. Kalau solusinya tidak dicari dengan cara melakukan riset, melakukan percobaan di beberapa tempat yang memang sulit airnya itu tidak akan bisa. Petani juga harus diberikan pemahaman, diberikan edukasi bahwa pertanian itu tidak melulu padi masih banyak pertanian-pertanian lain yang juga menghasilkan uang seperti menanam jagung, palawija dan lain sebagainya.
Mengenai waduk-waduk yang ada di Indonesia ini kaitannya menjadi program yang harus diperhatikan oleh pemerintah baik pusat sampai ke daerah, bagaimana negara kita bisa menjaga lingkungan kita agar sumber daya air kita tidak berkurang, salah satunya stop penebangan hutan karena hutan itu tidak hanya melindungi untuk oksigen saja tapi di dalamnya juga menyimpan menjadi resapan air, menyimpan air lebih lama, lebih awet. Kemudian reboisasi atau penghijauan harus dilakukan sebesar-besarnya di semua wilayah di Indonesia. “Jadi berkaitan pertanian tidak bisa berdiri sendiri, ada sebab akibat di dalamnya yang menyebabkan sumber air di bumi kita ini semakin menyusut, semakin berkurang,” terang Dewi.
Sementara, mewakili Kelompok Tani Waras Sugiarto (53) menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dewi Aryani yang telah menyampaikan aspirasi kami para petani serta memperjungkannya hingga berhasil, sehingga kami bisa mendapatkan aliran air lagi dan tidak mengalami gagal panen.
Waras menuturkan, sebelumnya kami para petani sangat kewalahan untuk mendapatkan air karena pintu sudah ditutup tidak ada sumber mata air lagi.
“Alhamdulillah berkat Ibu Dewi Aryani akhirnya kami bisa lega, bisa mendapat aliran air 1000 liter per detik selama 2 minggu, minimal bisa panen walaupun hanya 75 persen,” ungkapnya.
“Harapan petani, minta supaya saluran dinormalisasi kembali, karena kondisi saluran dari CR1 sampai CR24 itu sudah rusak parah akibat longsor dan supaya petani semua tidak mengalami kekurangan air,” pungkas Waras. (*)