Regenerasi Tamansiswa Sudah Saatnya,Tamansiswa di Pimpin Sri Edi Swasono: Stagnasi, Kemunduran,
Yogyakarta, 11 Maret 2025– Tamansiswa, lembaga pendidikan yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara, kini tengah menghadapi krisis kepemimpinan. Sejak dipimpin oleh Prof. Sri Edi Swasono, organisasi ini mengalami stagnasi, bahkan kemunduran. Sejumlah sekolah Tamansiswa dikabarkan tutup, sementara kesejahteraan para pamong (guru) tidak mengalami perbaikan signifikan.
Indria Febriansyah, seorang alumni sekaligus aktivis Tamansiswa, menyoroti kepemimpinan Sri Edi Swasono yang telah menjabat sebagai Ketua Majelis Luhur Tamansiswa selama tiga periode. “Saya tidak tahu dari mana akarnya beliau bisa masuk menjadi ketua, karena saya tidak melihat latar belakang pendidikannya berasal dari Tamansiswa,” ujar Indria.
Sri Edi Swasono, yang juga Guru Besar Universitas Indonesia, dikenal sebagai pakar ekonomi kerakyatan dengan berbagai karya, seperti Terobosan Kultural (1986) dan Demokrasi Ekonomi: Keterkaitan Usaha Partisipasi VS Konsentrasi Ekonomi (1988). Namun, menurut Indria, pemikirannya hanya sebatas tulisan di atas kertas dan tidak diterapkan dalam praktik di lingkungan Tamansiswa.
“Seharusnya beliau mampu membawa taraf hidup ekonomi pamong menjadi lebih baik dengan konsep koperasi yang selalu ia gaungkan. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, kondisi Tamansiswa semakin suram,” tambahnya.
Selain itu, Indria juga menyoroti keterlibatan Sri Edi Swasono dalam politik praktis. Ia diketahui mendukung Anies Baswedan dalam Pilpres 2024, sementara mayoritas alumni dan komunitas Tamansiswa lebih condong mendukung Presiden Prabowo Subianto.
Di usia yang kini mencapai 84 tahun dan kondisi kesehatan yang kian menurun, Indria menyerukan agar Tamansiswa segera melakukan regenerasi kepemimpinan tanpa harus menunggu tiga tahun ke depan. “Saatnya cabang-cabang Tamansiswa berbenah dan mencari figur pemimpin baru yang mampu mengembalikan kejayaan Tamansiswa. Bukan hanya dalam pendidikan pro-rakyat, tetapi juga dalam implementasi ekonomi kerakyatan yang menjadi ruh dari Tamansiswa,” tegasnya.
Sebagai institusi yang pernah menjadi benteng idealisme pendidikan nasional, Tamansiswa diharapkan kembali melahirkan kader-kader intelektual yang kritis dan berpihak pada kepentingan rakyat di tengah gempuran kapitalisme. “Tamansiswa harus kembali menjadi garda terdepan dalam mempertahankan idealisme pendidikan kerakyatan,” pungkas Indria.