Oleh: Mhd. Perismon
Lebih 2 bulan ruang politik disesaki berita Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno, yang akan pindah perahu ke PPP. Bolak-balik wacana tersebut mengisi headline pembicaraan politik nasional, dengan berbagai aksi dan reaksi dari banyak pihak.
Wajar berita itu menjadi bola yang terus menggelinding, karena sosok Sandiaga yang juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) masuk dalam bursa calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Sikap politik Sandiaga jelas menjadi sesuatu yang ditunggu, karena akan membuat peta Pilpres 2024 semakin terang.
Ketua Majelis Pertimbangan PPP Romahurmuziy (Rommy) memastikan Sandiaga memang sedang melakukan pendekatan yang intensif dengan partainya.
Dalam perbincangan di Akun Youtube Akbar Faisal Uncensored, Mantan Ketum PPP tersebut menyebut Sandiaga memiliki kedekatan spesial dengan PPP, terutama dengan Mantan Ketum PPP Suharso Monoarfa yang masih kerabat Sandi.
Tapi Rommy juga membuka informasi ada nama lain selain Sandi, yang melakukan pendekatan dengan PPP yaitu Menteri BUMN Erick Thohir.
“Keduanya mengaku kepada saya, diminta langsung oleh Presiden Jokowi untuk berkomunikasi dengan PPP,” ujar Rommy.
Namun secara tersirat, Rommy juga menyebut peluang Sandiaga sedikit di depan Erick Thohir dalam pendekatan dengan PPP. Sandiaga lebih lincah dan proaktif, bahkan untuk sekedar menghadiri acara-acara di tingkat DPC PPP.
PPP sendiri sampai saat ini masih belum memutuskan akan mengusung siapa, karena ada beberapa target yang harus tercapai, salah satunya calon yang akan diusung bisa menjadi lirikan partai besar, khususnya PDIP.
Rommy menyebut, PDIP kemungkinan besar akan mengusung Ganjar dan berkoalisi dengan partai yang memiliki irisan dengan Nahdlatul Ulama (NU).
Kesempatan itu yang akan diambil oleh PPP, berharap koalisi nasionalis dengan Islam tradisional.
Jika secara tersirat Rommy menyebut Sandiaga saat ini lebih dekat dengan PPP, namun kepindahannya yang masih tarik ulur, ada baiknya PPP mulai memberi perhatian lebih ke Erick Thohir.
Secara performa, Erick Thohir juga sedang berada di jalur yang tepat untuk mendapatkan satu posisi cawapres.
Elektabilitasnya semakin hari, semakin naik seiring dengan semakin sering sosoknya jadi ‘media darling’ sebagai Menteri BUMN maupun Ketua Umum PSSI.
Kedekatan yang tidak terbantahkan antara Erick dengan Presiden Jokowi, akan membuat jalur menuju pilpres semakin terbuka lebar.
Dalam persiapan memenangkan kontestasi pilpres, Erick juga sudah memilih basisnya yakni kalangan Nahdliyin.
Untuk pilihan ini Erick bisa dibilang cukup sukses, karena dalam beberapa kali survey oleh berbagai lembaga, namanya masuk dalam pilihan Nahdliyin sebagai bagian dari Tokoh NU yang layak diusung sebagai capres ataupun cawapres.
Jika memang PDIP mengincar tokoh-tokoh NU sebagai pendamping Ganjar (sesuai informasi Rommy), maka jelas Erick lebih unggul dari Sandi.
Sandi sendiri selama ini, tidak terlihat memiliki irisan dengan ormas terbesar di Indonesia itu, dan cenderung terlihat lebih memiliki irisan dengan kelompok Islam moderat.
Selain itu, jika memang PPP ingin menawarkan sosok cawapres kepada PDIP, harusnya nama Erick bisa menjadi pilihan teratas. Mengajukan Erick juga bisa membuat koalisi bertambah besar dan dengan jangkauan pemilih yang lebih luas.
Erick bisa meyakinkan seluruh anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) untuk bergabung dengan PDIP, karena selama ini Erick sudah membangun kedekatan, khususnya dengan PAN.
Kalaupun kemudian Golkar tidak mau bergabung, dengan adanya PPP dan PAN tentu kemungkinan PDIP untuk ‘hattrick’ kemenangan di pilpres lebih terbuka.
Dengan bergabung partai nasionalis dengan 2 partai Islam dari 2 kutub besar, yakni NU dan Muhammadiyah, maka polarisasi di tengah masyarakat bisa diharapkan akan terkikis dengan sendirinya.
Terbukanya peluang sebagai pemenang pilpres, tentu juga harus diiringi dengan peningkatan suara partai pada Pileg 2024. PPP tentu tidak ingin lagi kursi di parlemen yang minim, atau bahkan tidak bisa melewati Parliamentary Treshold (PT) 4 persen.
Plt Ketum Umum PPP Muhamad Mardiono sudah memancang target 50 kursi DPR pada Pileg 2024, jelas itu sebuah perjuangan yang berat, jika mengacu kepada hasil survey dari beberapa lembaga, yang saat ini masih menempatkan PPP di bawah angka 4 persen.
Harus ada sebuah terobosan dan strategi yang jitu untuk mencapai target tersebut, dengan jaminan pemilih yang pasti. Dengan mengusung Erick Thohir, PPP akan mendapatkan ‘efek ekor jas’ seperti yang diharapkan, terutama dari kalangan pendukung Erick di kalangan NU.
Kalangan Nahdliyin yang mendukung Erick, tentu tidak perlu berpikir dua kali untuk menjatuhkan pilihan ke PPP, mengingat PPP juga partai yang terlahir dari rahim NU.
Jika memang pasangan Ganjar-Erick terwujud dengan dukungan PDIP, PAN dan PPP maka efek ekor jas yang ditunggu-tunggu akan datang dengan sendirinya.
Mengusung Erick Thohir juga akan membuka peluang PPP masuk ke ceruk suara milenial dan Gen-Z, ceruk yang menampung 60 persen daftar pemilih Pemilu 2024. Erick dikenal memiliki kedekatan dengan kalangan tersebut, yang PPP sendiri sampai saat ini sulit untuk masuk.
Jika beberapa alasan di atas, belum cukup untuk meyakinkan para elit PPP untuk mengalihkan pandangan kepada Erick Thohir, mungkin 2 alasan kongrit di bawah ini juga bisa menjadi pertimbangan.
1. Faktor Presiden Jokowi
Tidak ada yang bisa membantah Erick Thohir adalah ‘Jokowi Special Person’. Bisa dipastikan kemanapun Erick Thohir berlabuh, maka akan ada Jokowi sebagai ‘behind the scenes actor’.
Dengan kepuasan terhadap Jokowi yang masih tinggi, maka PPP bisa berharap mendapatkan kelimpahan suara dari pendukung Jokowi.
Tentunya juga bentuk ‘dukungan lain’ dari Sang Presiden.
2. Dana Pemilu
Tidak dapat dipungkiri pemilu di Indonesia termasuk yang termahal di dunia. Sebaran daerah yang luas, kebutuhan logistik yang banyak serta masih tingginya potensi ‘money politic’ membutuhkan sosok capres atau cawapres yang bisa berbagi biaya kampanye.
Sosok Erick Thohir yang juga seorang pengusaha sukses bersama dukungan jaringan para teman-temannya sangat bisa diharapkan untuk membantu PPP dalam berbagi biaya.
Tunggu apalagi Pak Ketum Muhamad Mardiono dan elit-elit PPP, rangkul Erick Thohir dan syukur-syukur bisa jadi kader.
Penulis adalah President Unity’17 dan Waketum Gerakan Transformasi Indonesia (GETOne)