Saatnya Tamansiswa Bersih-Bersih: Menuju Kebangkitan Setelah 100 Tahun
Oleh: Indria Febriansyah
Ketua Umum Kabeh Sedulur Tamansiswa Indonesia
Tamansiswa, sebagai warisan pemikiran dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara, hari ini menghadapi tantangan besar dari dalam tubuhnya sendiri. Kepemimpinan yang stagnan, rangkap jabatan yang merajalela, dan minimnya regenerasi menjadi gejala nyata kemunduran lembaga pendidikan yang dahulu berdiri sebagai benteng kebudayaan dan kemerdekaan bangsa ini.
Surat Edaran Dirjen Dikti Nomor 3 Tahun 2021 dengan tegas melarang rangkap jabatan antara organ yayasan dan pengelola perguruan tinggi. Namun, kenyataannya, larangan ini tak diindahkan oleh sejumlah pimpinan di lingkungan Tamansiswa. Salah satunya adalah kasus Rektor UST yang juga duduk dalam struktur Majelis Luhur Tamansiswa—organ yayasan tertinggi yang membawahi seluruh lembaga pendidikan Tamansiswa. Ini jelas pelanggaran serius.
Tanggung jawab moral atas pelanggaran ini ada di pundak Ketua Majelis Luhur Tamansiswa saat ini, Prof. Sri Edi Swasono. Di masa kepemimpinannya, praktik rangkap jabatan tak pernah ditertibkan. Bahkan, gaya otoritarian dalam pengambilan keputusan menjadi wajah baru Tamansiswa yang jauh dari nilai-nilai musyawarah, kekeluargaan, dan gotong royong yang dahulu dijunjung tinggi.
Lebih menyedihkan lagi, banyak sekolah Tamansiswa tutup dalam dekade terakhir. Sebuah sinyal kuat bahwa Tamansiswa sedang mengalami kemunduran yang sistemik.
Sudah saatnya Prof. Sri Edi Swasono mengambil langkah tegas: melakukan bersih-bersih internal, menertibkan struktur kepemimpinan, dan menyerahkan estafet kepemimpinan kepada generasi penerus. Di usia beliau yang semakin sepuh, justru inilah momentum untuk meninggalkan warisan yang terhormat. Sejarah akan mencatat, apakah beliau memilih menjadi pembaharu atau justru memperpanjang daftar beban sejarah Tamansiswa.
Kami percaya, sejarah akan selalu memberi ruang bagi kebangkitan. Setelah 100 tahun perjalanan, Tamansiswa punya potensi untuk restart. Masa keemasan itu bisa kembali, asalkan keberanian untuk berubah dimulai dari sekarang.
“Kami percaya ada periode keemasan dalam kurun waktu tertentu dan akan merestart kembali. Sejarah akan berulang. Tamansiswa akan kembali bangkit setelah kurun waktu 100 tahun,” ujar Indria Febriansyah, Ketua Umum Kabeh Sedulur Tamansiswa Indonesia.