Prosiar.com, Surabaya – Program Kemitraan Australia-Indonesia untuk Manajemen Risiko Bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Indonesia dalam mencegah, mempersiapkan, menanggapi, dan memulihkan diri dari bencana. Kemudian kerjasama bilateral ini juga memperkuat antara kedua negara dalam aksi kemanusiaan di kawasan Indo-Pasifik.
Program ini mendapatkan respon dan tanggapan positif dari senator atau anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPD) RI, Lia Istifhama, Sabtu (6/7/2024) di Surabaya.
“Kita (red-Lia Istifhama) sangat mendukung dan mengapresiasi Program Kemitraan Australia-Indonesia untuk Manajemen Risiko Bencana yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Indonesia dalam mencegah, mempersiapkan, menanggapi, dan memulihkan diri dari bencana. Lewat kerjasama disaster manajemen ini kita semakin waspada dan siap siaga mengahadapi bencana,” ujar Ning Lia sapaan akrabnya.
Menurut Lia, atensi dari pemerintah Australia tersebut, semakin menguatkan bahwa hubungan bilateral dua negara ini bukan saja program kemitraan guna memperkuat kapabilitas para generasi muda, Namun juga kemitraan kesiapsiagaan bencana seperti yang digalakkan melalui program Siap Siaga sejak 2021 lalu.
“Program Siap Siaga Bencana yang bejalan sejak 2021 sangat penting. Mengingat daerah Indo-Pasifik yang letaknya di Indonesia-Australia adalah rawan bencana. Dengan kerjasama edukasi manajemen bencana ini akan mempermudah penanganan bencana, jika suatu waktu datang,” tukas Ning Lia.
Program Siap Siaga Bencana
Bicara kesiapsiagaan bencana nasional, akan semakin lengkap jika mengulik tentang program siap siaga. Nah, apa itu Siap Siaga?
Melansir dari https://siapsiaga.or.id/id/., SIAP SIAGA merupakan program Kemitraan Australia-Indonesia untuk Manajemen Risiko Bencana. Tentunya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Indonesia dalam mencegah, mempersiapkan, menanggapi, dan memulihkan diri dari bencana serta memperkuat kerja sama antara Australia dan Indonesia dalam aksi kemanusiaan di kawasan Indo-Pasifik.
Program ini diselaraskan dengan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Indonesia (RPJMN) 2020-2024 dan Strategi Kemanusiaan Pemerintah Australia (2016). Program ini juga bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, Kementerian Luar Negeri, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, serta organisasi masyarakat sipil.
Dalam kenyataannya, Program Siap Siaga terbukti mampu menjadi potret kolaborasi mesra antara Pemerintah RI dan Australia. Contohnya di Nusa Tenggara Timur kolaborasi tersebut mencakup perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi penanganan bencana yang sering terjadi di NTT. Baik itu bencana seperti longsor, letusan gunung berapi, dan rabies, seperti yang disampaikan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di NTT pada Jumat (5/7/2024).
Maka lain lagi dengan di Jawa Timur. Hal ini seperti yang terlaksana, Selasa (25/6/2024) lalu, dimana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur meluncurkan Unit Layanan Disabilitas Penanggulangan Bencana (ULD-PB) dengan menggandeng Siap Siaga yang merupakan Program Patnership Australia.
“Keberadaan ULD-PB ini sebagai wadah bagi para penyandang disabilitas di Provinsi Jatim supaya lebih aktif berperan dalam PB. ULD PB akan membantu menjalankan fungsi terkait layanan inklusi disabilitas dalam PB di Jawa Timur,” jelas Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto.
Menurut Ning Lia, dirinya mengetahui secara langsung maksud dan tujuan baik pembentukan ULD-PB, Ketika Ning menjadi narasumber saat momen peluncuran itu.
“Memang terlihat nyata, bahwa kolaborasi yang terbentuk melalui program siap siaga, menjadi bentuk nyata no one left behind dalam menguatkan Indonesia inklusif,” ucapnya.
“No one left behind disini bahwa kita semua patut memikirkan upaya preventif dan kuratif terhadap bencana dalam banyak aspek, terutama sosial,” lanjutnya.
Terlebih kata Ning Lia, jika bicara trauma healing atau upaya pemulihan sebagai bentuk kuratif. Maka kita harus akui, kawan difabel-lah yang patut menjadi teladan ketangguhan atau sikap resiliensi.
“Jadi dengan melibatkan kawan-kawan disabilitas, korban bencana dapat tergerak memiliki ketangguhan dan bangkit meneruskan hidup di tengah hambatan aksesibilitas pasca bencana. Hal ini karena bencana sangat berpotensi melahirkan disabilitas baru,” jelasnya.
Oleh sebab itu kata dia, pendekatan berbeda yang dibangun oleh Siap Siaga dan BPBD Jatim, menjadi strategi no one left behind yang sangat efektif. Bahwa, untuk mengatasi sebuah masalah sosial, termasuk kebencanaan, jangan melupakan atau meninggalkan kekuatan yang sebenarnya sangat dibutuhkan.
“Salah satunya kekuatan ketangguhan para kawan disabilitas,” ucap Ning Lia.
Lia Istifhama sendiri, selama rekam jejaknya sebagai aktivis sosial, ternyata memiliki sejarah manis dengan pemerintah Australia. Diantaranya menjelang International Women’s Day 2023 yang mana dirinya mengenalkan produk UMKM di hadapan Sekretaris Satu (Bidang Politik) Kedutaan Besar Australia Tom Coghlan dan Konjen Australia Fiona Hoggart.
Bahkan, pencapaiannya sebagai anggota DPD RI Terpilih, mendapatkan pesan manis dari Tom Coghlan saat itu:
“Congratulations on your election campaign, I saw from the results that you are doing very well. Wishing you all the best. (Selamat atas kampanye pemilu anda, saya melihat dari hasil yang anda lakukan dengan sangat baik. Semoga sukses).”
Lia Istifhama pun sempat mendapatkan undangan acara ‘Informal networking event with young Indonesian political leaders networking’ (acara informal dengan para pemimpin politik muda Indonesia), bersama Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Steve Scott saat itu.
Atensi dari pemerintah Australia tersebut, semakin menguatkan bahwa hubungan bilateral dua negara ini bukan saja program kemitraan guna memperkuat kapabilitas para generasi muda. Namun juga menjadi kemitraan kesiapsiagaan bencana seperti yang digalakkan melalui program Siap Siaga sejak 2021 lalu. (red)