PROSIAR – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama mitra kerjanya Anggota KOmisi IX DPR RI, Dra. Hj. Wenny Haryanto, SH, kembali menggelar sosialisasi penguatan pendataan keluarga dan kelompok sasaran bangga kencana bersama mitra tahun 2021, Kamis ((16/09/2021), di kelurahan Pondok Jaya kecamatan Cipayung kota Depok, Jawa Barat.
Dalam pemaparannya, Wenny Haryanto mengatakan perlunya Indonesia menurunkan angka stunting yang saat ini tinggi, yaitu 27%. Sebab stunting berbahaya bagi masa depan bangsa ini.
“Stunting itu sekarang menjadi program utamanya BKKBN/pemerintah. Jadi Stunting adalah, kekurangan gizi dalam waktu yang lama, mulai dalam kandungan sampai anak usia dua tahun, ditandainya dengan badan yang pendek lebih pendek dari teman-teman sebayanya,” ucap Wenny dihadapan para peserta sosialisasi.
Wenny juga menjelaskan ciri-ciri dan gejala anak yang mengalami stunting, seperti pertumbuhan giginya terlambat, menurunnya memori dan focus belajar, pertumbuhan tubuh melambat, wajah lebih muda dari pada teman-teman sebayanya, puberitasnya terlambat, kalau yang lainnya perempuan sudah menstruasi dia belum, pada usia delapan sampai 10 tahun anak kecendrungan pendiam dan menghindari kontak mata dengan lawan bicaranya, karena gizinya yang kurang maka tubuhnya mudah terserang penyakit.
“Kabar baiknya bahwa ternyata stunting itu bisa dicegah, pertama ketika sedang hamil jangan lupa mengkonsumsi obat tambah darah, karena biasanya ibu-ibu yang hamil itu anemia berat, padahal ia harus memberikan zat besi kepada bayi yang dikandungnya. Ibu yang sedang hamil harus mendapatkan asupan gizi yang seimbang, yaitu empat sehat lima sempurna. Ketika bayi sudah lahir berikanlah imunisasi lengkap setiap bulan. Berikan asi ekslusif selama enam bulan, jangan diberikan campuran lain seperti susu kaleng atau pisang, terapkan perilaku hidup bersih, selalu jaga pertumbuhan bayi, bawa setiap bulan ke puskesmas, posyandu atau dokter,” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur pemaduan kebijakan pengendalian penduduk BKKBN RI, Ir. Milarahmawati. MS juga menyampaikan pesannya kepada peserta sosialisasi yang didominasi oleh kade-kader KB dan kader Posyandu.
“Sasarannya stunting ini mulai remaja, jadi remaja sudah menjadi sasaran kita, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, kemudian anak usia nol sampai 59 bulan,” ucap Milarahmawati.
Mila menambahkan, angka stunting Indonesia saat ini masih diatas 27%, dan diharapkan tahun 2024 angkanya bisa turun di 14%.
“Jadi pak Jokowi minta kepada BKKBN sebagai ketua percepatan penurunan stunting, karena stunting ini berkontribusi terhadap penurunan produktifitas, 2 sampai 3 persen PDB suatu Negara setia tahun, nah indikasi penurunan kemampuan kognitif ini bila tidak diikuti oleh stimulasi psikososial, maka dampaknya terlihat pada masa ia sekolah di kemudian hari, kemudian ia juga terlambat tamatnya satu tahun dibanding teman-temannya,” lanjut Mila.
Mila juga menjelaskan penyebab langsung terjadinya stunting diantaranya kekurangan gizi atau asupan gizi yang tidak memadai, MP Asi, makanan pendamping asi yang tidak memadai, nutrisinya tidak seimbang, suplemen vitamin A nya juga kurang.
“Kemudian penyebab tidak langsung yaitu asupan makanan yang tidak memadai kemudian terjadi penyakit infeksi, kalau pendidikan ibu yang rendah, penghasilan rumah tangga yang rendah, termasuk juga ketersediaan air bersih, adalah penyebab mendasar terjadinya stunting,” lengkap Mila.
Kepala perwakilan BKKBN provinsi Jawa Barat DR.Drs.Wahidin ,M.Kes, menerangkan tentang Banggakencana, atau pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana.
“Bangga kencana ini banyak programnya, mulai dari yang baru lahir yaitu program Bina Balita, Bina Remaja, Bina Lansia, UPPKA, terkait kependudukan ada Kapmung KB dan terkait keluarga berencana tentu ada program kontra sepsi, dan dua program tambahan baru yang diberikan presiden yaitu vaksin covid dan stunting,” jelasnya.(art)