PROSIAR – Menghadapi persaingan dunia di bidang SDM (sumber daya manusia), maka Indonesia perlu menyiapkan ketahanan keluarga. Maksudnya adalah kemampuan keluarga sesuai sumber daya yang dimilikinya dalam menghadapi segala masalah, agar tercapainya tujuan keluarga yang harmonis sejahtera lahir dan batin.
Demikian diungkapkan Anggota Komisi IX DPR RI Dipl.Ing Hj. Diah Nurwitasari, M.I.Pol yang tampil sebagai nara sumber utama dalam Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga Kelompok Sasaran Bangga Kencana Bersama Mitra tahun 2021, di Desa Tanimulya, Kec. Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, hari Rabu (29/9/2021).
Dikatakan Diah Nurwitasari, persaingan SDM itu tidak saja sesama daerah, tetapi juga persaingan dengan bangsa lain di dunia. Persaingan SDM ini bisa dimenangkan jika kita memiliki generasi yang tangguh dan berkualitas.
“Memang pada tahun 2030 Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Namun bonus demografi itu bisa jadi musibah kalau generasi muda produktif kita tidak disiapkan dari sekarang. Akan apa jadinya kalau generasi muda tergantung kepada orang tua, pada saatnya orangtuanya tidak lagi berpenghasilan, sementara dia sendiri juga punya keluarga dan anak yang harus dihidupi, maka tentu saja dia tidak akan berdaya menghadapi tantangan zaman,” kata wakil rakyat Diah Nurwitasari ini.
Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga Kelompok Sasaran Bangga Kencana Bersama Mitra tahun 2021 ini dilaksanakan di Gedung Bandung Barat Sejahtera, Komplek Permata Cimahi, Desa Tanimulya, Kec. Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat. Hadir dalam acara ini Anggota DPR RI Dipl.Ing Hj. Diah Nurwitasari, M.I.Pol., Direktur Bina Akses Pelayanan KB BKKBN Pusat Dr. H. Zamhir Setiawan, M.Epid., Tokoh Masyarakat Bandung Barat yang juga Sekretaris Fraksi PKS DPRD Bandung Barat Iman Budiman, Kordinator Bidang KSPK BKKBN Perwakilan Provinsi Jawa Barat Elma Triyulianti, S.Psi.,MM.Psi., dan Kadis P2KBP3A Kab. Bandung Barat yang diwakili Kabid Pengendalian Penduduk dan Informasi Keluarga Dra. Hj. R. Evi Saefiyani, M.MPd.
Menurut Dr. H. Zamhir Setiawan, M.Epid., salah satu tugas dari BKKBN dari Presiden Jokowi adalah menurunkan angka stunting hingga 14 persen pada tahun 2024. Cara pencegahan stunting itu harus dimulai dari saat ibu hamil hingga bayi lahir dan saat dibesarkan.
Faktor yang mempengaruhi untuk kesehatan ibu hamil dan bayi itu adalah kecukupan gizi dan lingkungan yang sehat. “Mesti tersedia air bersih, jamban yang layak, air tidak tercemar, tidak BAB sembarangan. Sehingga lingkungan yang bersih menghindarkan bayi dari diare. Sebab jika bayi sering menderita diare maka gizi dan pertumbuhannya kurang sehingga beresiko menderita stunting,” kata Zamhir Setiawan mengingatkan.
Mengapa stunting harus dicegah? Zamhir Setiawan menjawabnya dengan mengatakan, bahwa Indonesia harus menyiapkan generasi yang berkualitas dan berdaya saing menghadapi bonus demografi. Sementara penderita stunting dari segi kemampuan otaknya, kualitas kecerdasannya dibawah rata-rata, sehingga generasi stunting akan menjadi beban keluarga dan beban masyarakat.
“Bonus demografi akan dinikmati Indonesia pada tahun 2030 dimana jumlah penduduk usia produktif lebih besar. Tetapi jika banyak penderita stunting pada penduduk produktif itu tentu kita tidak akan mendapatkan manfaat dari bonus demografi. Karena itu mari bersama-sama mencegah stunting, karena kita akan sangat rugi,” kata Zamhir Setiawan.
Senada dengan para nara sumber dalam upaya menciptakan ketahanan keluarga, Kabid Pengendalian Penduduk dan Informasi Keluarga Dinas P2KBP3A Dra. Hj. R. Evi Saefiyani, M.MPd mengatakan bahwa keluarga yang berkualitas itu harus direncanakan. Tidak bisa serta merta kita harapkan saja.
“Keluarga yang baik itu dimulai dari perencanaan, diawali dengan sebelum pernikahan misalnya dengan adanya penyuluhan pernikahan, sampai berkeluarga, menjaga kehamilan dan mengasuh bayi serta membangun keluarga yang sejahtera dan bahagia,” kata Evi Saefiyani.
Sementara itu, Kordinator Bidang KSPK BKKBN Perwakilan Provinsi Jawa Barat Elma Triyulianti, S.Psi.,MM.Psi mengatakan, bahwa target peserta Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga Kelompok Sasaran Bangga Kencana bersama mitra 2021 di Bandung Barat ini sengaja diprioritaskan kepada remaja, karena jumlahnya yang lebih besar dalam struktur piramida penduduk Jawa Barat.
Oleh karena itu, kata Elma Triyulianti, program-program BKKBN di Jawa Barat selain menyasar PUS (Pasangan Usia Subur), juga diarahkan menyasar remaja yang rentang usianya 15-24 tahun. “Sebab dari hasil survey ternyata pengetahuan masyarakat Jawa Barat terkait wawasan Bangga Kencana cukup besar yaitu 89 persen. Tetapi yang ikut KB angkanya tidak sebanyak itu. Artinya, masyarakat banyak yang mengetahui KB tetapi tidak ikut KB. Makanya kita sasar para remaja sebagai komponen yang besar dalam struktur piramida penduduk Jawa Barat,” jelas Elma Triyulianti dalam sambutannya. (yah)