IHSG Anjlok, Indria Febriansyah: Tak Perlu Panik, Ekonomi Indonesia Masih Stabil

Oplus_131072

IHSG Anjlok, Indria Febriansyah: Tak Perlu Panik, Ekonomi Indonesia Masih Stabil

Jakarta – Anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi baru-baru ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Namun, Ketua Umum Kabeh Sedulur Tamansiswa Indonesia, Indria Febriansyah, menegaskan bahwa kondisi ini tidak perlu disikapi dengan kepanikan berlebihan. Menurutnya, meskipun penurunan IHSG cukup tajam, ekonomi Indonesia masih dalam kondisi yang stabil dan mampu bertahan.

“Sejarah mencatat, penurunan tajam IHSG sudah beberapa kali terjadi, baik di era krisis 1998 maupun saat pandemi COVID-19. Namun, perekonomian Indonesia selalu mampu bangkit. Kali ini pun, kita tidak melihat adanya faktor sistemik yang bisa mengganggu stabilitas ekonomi nasional,” ujar Indria dalam keterangannya, Selasa (19/3).

Ia menilai, reaksi pasar kali ini lebih dipicu oleh kebijakan ekonomi Presiden Prabowo yang bersifat revolusioner, yang wajar menimbulkan gejolak di pasar modal. Namun, hal itu tidak serta-merta menandakan krisis ekonomi yang mengancam sektor riil. “Pasar modal memang memiliki dinamika tersendiri, tetapi sektor perbankan kita tetap solid, dan indikator makroekonomi masih menunjukkan ketahanan,” tambahnya.

Indria juga menyoroti peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam mengawasi pasar modal. Menurutnya, ada indikasi OJK terlalu permisif dalam regulasi, sehingga menciptakan bubble di pasar saham. “Yang perlu dibenahi justru pengawasan terhadap pasar modal agar tidak terlalu spekulatif dan lebih berorientasi pada fundamental ekonomi,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia mengajak masyarakat untuk melihat kondisi ini sebagai peluang. “Bagi yang memiliki dana lebih, ini saatnya membeli saham blue chip yang sedang terkoreksi. Sejarah menunjukkan, saham-saham berkualitas akan kembali menguat dalam jangka waktu tertentu,” kata Indria.

Menutup pernyataannya, Indria meminta pemerintah untuk tidak ragu melanjutkan kebijakan reformasi ekonomi. “Semakin lama eksekusi kebijakan ditunda, semakin besar risiko ketidakpastian. Fokus utama pemerintah harus tetap pada implementasi kebijakan yang telah dirancang demi memperkuat fondasi ekonomi nasional,” pungkasnya.