Indonesia di Persimpangan Ekonomi: Tantangan, Harapan, dan Solusi untuk Bangsa
**Jakarta, 4 April 2025** – Perekonomian Indonesia tengah berada di persimpangan kritis. Tekanan global, fluktuasi nilai tukar, serta tantangan domestik seperti deflasi dan ketimpangan regulasi menghadirkan tantangan nyata bagi stabilitas nasional. Dalam pandangan Indria Febriansyah—Ketua Umum Kabeh Sedulur Tamansiswa Indonesia sekaligus Sekretaris Jenderal Ikatan Relawan Merah Putih Prabowo se-Indonesia—Indonesia memerlukan langkah cepat, terukur, dan berpihak pada rakyat kecil untuk melewati tantangan ekonomi tahun 2025.
Tekanan Eksternal dan Krisis Domestik
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kini menembus Rp16.700, mencerminkan ketidakstabilan pasar akibat tekanan global, termasuk kebijakan tarif impor dari Amerika Serikat. Di saat yang sama, deflasi sebesar 0,48% pada Februari 2025 mengindikasikan menurunnya daya beli masyarakat. Pasar investasi juga melemah, dan devisa hasil ekspor (DHE) yang diwajibkan masuk ke dalam negeri belum memberikan dampak signifikan pada stabilitas ekonomi.
Dengan beban utang jatuh tempo yang meningkat, serta ancaman resesi yang membayangi, Indonesia dituntut untuk menyusun kebijakan ekonomi yang lebih inovatif, tidak hanya untuk bertahan, tetapi untuk tumbuh secara berkelanjutan.
Solusi Strategis untuk Stabilitas dan Kemandirian Ekonomi
Indria Febriansyah menyampaikan lima langkah konkret yang dapat dijalankan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat:
1. **Diversifikasi Ekonomi:** Mengurangi ketergantungan pada ekspor mentah dan memperkuat industri hilir serta manufaktur dalam negeri.
2. **Penguatan Rupiah:** Intervensi aktif Bank Indonesia dan penguatan cadangan devisa melalui investasi domestik dan asing.
3. **Pemberdayaan UMKM:** Insentif nyata bagi UMKM dan industri kreatif guna mendorong konsumsi dan lapangan kerja.
4. **Ketahanan Pangan dan Energi:** Penguatan sektor strategis untuk mengurangi ketergantungan impor dan menstabilkan harga.
5. **Fiskal Sehat dan Produktif:** Pengelolaan utang yang bijak dan pengalokasian APBN untuk sektor strategis seperti pendidikan dan infrastruktur.
**Hilirisasi dan Program Makan Bergizi Gratis: Antara Harapan dan Tantangan**
Pemerintah telah menunjukkan iktikad baik melalui program hilirisasi industri dan program makan bergizi gratis yang semula digadang sebagai pendorong ekonomi lokal. Namun, dalam pelaksanaannya, banyak pelaku UMKM justru terkendala oleh regulasi administratif yang kompleks dan tidak inklusif.
Contohnya, tender pengadaan SPPG dengan pagu senilai Rp8 miliar yang muncul baru-baru ini hanya dapat dijangkau oleh UMKM kelas menengah ke atas, meninggalkan pelaku usaha kecil yang kesulitan memenuhi persyaratan birokratis. Hal ini memperlihatkan adanya kesenjangan antara semangat kebijakan dan realitas di lapangan.
*”Regulasi yang baik seharusnya membuka jalan, bukan mempersulit. Ketika hanya UMKM besar yang bisa ikut serta, maka semangat pemerataan ekonomi menjadi kabur,”* tegas Indria.
Indria juga menyoroti lembaga-lembaga teknis yang dipimpin oleh akademisi seperti Prof. Dadan, yang menurutnya masih terlalu birokratis dan tidak cukup membumi dalam menyusun aturan pelaksana.
**Inovasi Investasi: Bank Emas dan Harapan Baru**
Di tengah gejolak ekonomi, pemerintah memperkenalkan Bank Emas sebagai terobosan dalam investasi rakyat. Skema ini memungkinkan masyarakat menyimpan emas di bank sebagai bentuk lindung nilai yang tidak terpengaruh langsung oleh dolar AS.
Menurut Indria, Bank Emas adalah solusi cerdas bagi kelas menengah ke bawah untuk membangun aset jangka panjang secara aman dan stabil.
**Arah Baru Kebijakan: Dari Elit ke Rakyat**
Indria Febriansyah mengingatkan bahwa kebijakan ekonomi harus kembali pada semangat gotong royong dan keberpihakan pada rakyat kecil. Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan besar tidak hanya berhenti di tataran wacana atau proyek, tetapi benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat di tingkat akar rumput.
*”Indonesia butuh solusi yang berpihak. Kebijakan ekonomi harus dikawal dari atas sampai ke warung rakyat. Jangan sampai niat baik tertutup oleh aturan kaku dan sistem yang tidak membumi. Kesejahteraan hanya bisa dicapai jika ekonomi mikro diberi ruang bernapas,”* pungkasnya.
**Jalan Menuju Kemandirian Ekonomi**
Tantangan ekonomi 2025 tidak dapat dihindari, namun bukan pula sesuatu yang tak dapat diatasi. Dengan keberanian politik, regulasi yang berpihak, dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia dapat keluar dari persimpangan ekonomi ini menuju kemandirian dan keadilan ekonomi yang sesungguhnya.