Prosiar, Jakarta – Ketua Umum PBNU, Gus Yahya Bertemu Pewarna Indonesia. Dimana NU Sudah terbukti Komitmennya dalam Menjaga Budaya Bangsa. Sebuah Kebhinekaan atau keberagaman bagi bangsa tercinta adalah hal yang tak bisa dihindarkan, karena keberagaman adalah anugerah bagi bangsa ini sebagai taman sari yang indah ketika harmoni itu tetap terjaga dan terawat.
Tentu saja untuk menjadikan Indonesia tetap berbhineka, dibutuhkan semua pihak bersama-sama menjaga dan menghidupin dalam setiap gerak langkahnya.
Dalam rangka itulah, Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA), (Kamis 17/3/22) berkunjung keKetua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), sebagai sebuah lembaga keagamaan bersama Muhamadiyah yang sudah terbukti konsen dalam menjaga dan merawat kebhinekaan bangsa.
Saat ditemui langsung, K.H. Yahya Cholil Staquf dikenal juga dengan sapaan Gus Yahya, Ketua Umum PBNU oleh PEWARNA Indonesia yang diwakili Yusuf Mujiono Ketua Umum, Ashiong Muthe ketua Litbang dan Anna Kezia Departemen Rohani berkesempatan bincang santai penuh keakraban siang itu.
K.H. Yahya Cholil Staquf dikenal juga dengan sapaan Gus Yahya, pria kelahiran Rembang Jawa Tengah, sebelumnya di PB NU menjabat Katib Aam PBNU ini, mengatakan bahwa selama ini sudah menjalin kebersamaan dengan lembaga Kristen dunia, yaitu World Evangelical Alliance atau Aliansi Injili Dunia sebuah lembaga Evangelical/Injili internasional.
Malah sudah mengarah untuk kerjasama, namun menurut Gus Yahya, justru masih kesulitan untuk menemukan lembaga atau gereja mana yang paling tepat di Indonesia yang berbasis Evangelical digandeng sebagai kolaborator.
Dalam pertemuan yang berlangsung hampir satu jam itu, Gus Yahya banyak juga mencari informasi tentang keberadaan lembaga, kekristenan baik aras, ormas dan sinode itu sendiri.
Kemudian dalam kontek beragama yang mengakar pada entitas budaya, Gus Yahya lugas bahwa Nahdlatul Ulama (NU) saat ini sudah membuktikan bagaimana agama itu menyatu dengan budaya lokalnya, misalnya NU Aceh, Jawa dan di berbagai daerah selalu mengakar pada budaya yang ada.
Terkait dengan adanya paham baru yang cenderung radikal, Gus Yahya tak merasa terancam dengan adanya aliran baru tersebut, karena lanjut Gus Yahya NU sudah sangat kuat dalam entitas keagamaan yang selalu mengakar pada budaya.
Sementara Yusuf Mujiono, terkait dengan informasi lembaga Evangelical/Injili yang ada di Indonesia siap untuk memfasilitasi atau mempertemukan dengan lembaga tersebut yang ada di Indonesia. Di sisi lain, karena semangatnya yang sama, Ashiong selaku Ketua Litbang Pewarna berharap bisa bergandeng tangan PBNU dan Pewarna berkolaborasi untuk berkontribusi nyata dalam hal merawat harmoni keberagaman bangsa.
“Saya berharap Gus Yahya bisa hadir dalam perjumpaan perjumpaan lintas agama yang selama ini selalu dibuat gerakan Pewarna, kalaupun ada kesibukan beliau bisa mengutus dari PBNU untuk bisa hadir dalam arak-arakan kebersamaan tersebut”, harap Yusuf yang disambut positif oleh Gus Yahya.
Selain bersilaturahmi, agenda ini dilaksanakan sekaligus mensosialisasikan program Pewarna yang akan diadakan akhir bulan Maret ini dengan Napak tilas Rasul Jawa sekaligus berkunjung ke tempat-tempat Ibadah seperti Masjid Raya Demak, Pesantren Tebu Ireng Jombang dan Kraton Yogyakarta. Langkah tersebut dilakukan PEWARNA sebagai bentuk pameran toleransi yang harus terus dilakukan agar Indonesia tetap rukun dan damai. (kefas)
Editor: Gus Din