Putih Sari: Jumlah Penduduk dan Lapangan Pekerjaan tidak Seimbang

Drg. Putih Sari, anggota Komisi IX DPR RI

PROSIAR – Anggota Komisi IX DPR RI, Drg. Putih Sari menjadi narasumber pada kegiatan sosialisasi penguatan pendataan keluarga dan kelompok sasaran bangga kencana bersama mitra tahun 2021, yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Rabu (13/10/2021) di desa Parakanlima kecamatan Jatiluhur kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Dalam pemaparannya, Putih Sari emngungkap jumlah penduduk di Indonesia saat ini sudah sangat padat, sehingga mengakibatkan lapangan pekerjaan semakin sempit.

“Banyak yang nganggur disini, banyak. Karena memang saat ini jumlah lapangan pekerjaan dengan jumlah penduduk yang membutuhkan pekerjaan itu tidak seimbang. Makanya BKKBN programnya bagaimana mengendalikan penduduk, bukannya melarang punya keturunan karena itu kuasa yang diatas, tapi bagaimana dikendalikan, direncanakan supaya melahirkan penduduk yang baik,” ucap Putih Sari.

Salah satu upaya untuk mengendalikan penduduk serta agar terlahirnya generasi berkualitas, masyarakat mesti merencanakan keluarganya.

“Merencanakan pernikahan, menikah di usia berapa, kalau perempuan itu 21 tahun dan laki-laki usia 25 tahun. Kenapa berencana, karena memang banyak hal yang mesti dipersiapkan, supaya terbentuk keluarga-keluarga yang berkualitas,” lengkapnya.

PKB Ahli Utama BKKBN RI, Drs.Eli Kusnaeli,MM.Pd mengatakan bahwa program utama BKKBN yaitu membangun keluarga Indonesia.

Para Narasumber (Wahidin, Eli Kusnaeli, Putih Sari)

“Bapak ibu, baru-baru ini kita sudah melakukan pendataan keluarga, sekarang data itu sudah ada dan sudah bisa digunakan untuk Bangga Kencana, pembangunan keluarga , kependudukan dan keluarga berencana,” ucap Eli Kusnaeli.

Dijelaskan Eli, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka yang perlu ditingkatkan adalah kualitas keluarga.

“Dari keluarga itu akan muncul anak-anak yang berkualitas, anak-anak yang soleh, anak-anak yang pintar, anak-anak yang sehat, tetapi kalau keluarga itu tidak benar, cara didiknya salah, pola asuhnya salah, disekolahkan juga tetap salah, itu tentu saja tidak akan menjadikan sumber daya yang berkualitas, termasuk didalamnya bagaimana keluarga itu menyiapkan asupan gizi yang cukup terhadap anak-anaknya,” lanjutnya.

Lebih lanjut Eli mengatakan, BKKBN secara jumlah telah berhasil menekan laju pertumbuhan penduduk, berhasil dari aspek kuantitas, tapi belum di aspek kualitas.

“Masih ada bayi-bayi kita yang lahir tidak sehat atau bayi stunting. Dari seratus bayi lahir, 27 diantaranya stunting. Oleh sebab itu mari kita sama-sama berjuang agar kita bisa melahirkan generasi berkualitas, memiliki daya saing kuat,” tambahnya.

Dari segi kuantitas, program Keluarga Berencana sudah berhasil menurunkan angka fertility rate dari semula 5 sampai 6, kini sudah menjadi 2,4 anak per wanita selama masa produktif.

“Di Purwakarta angkanya 2,39 itu hampir sama dengan nasional, itu karena apa, karena keberhasilan kita semua, terutama ibu-ibu untuk mengatur jarak kelahiran dengan penggunaan kontrasepsi,” lanjutnya.

Sedangkan untuk meningkatkan kualitas, menurut Eli, satu-satunya cara adalah dengan menurunkan angka stunting.

“Tadi disebutkan 27%, kita punya target tahun 2024 hanya 14% saja yang menderita stunting. Kalau bisa lebih kecil lagi, bagus,” lengkapnya.

Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat, DR, Drs Wahidin, M.Kes menerangkan, di Purwakarta saat ini ada sebanyak ada 169.107 pasangan usia subur.

“Data disini, ada 6.860 yang sedang hamil, banyak nggak, banyak..kalau itu lahir dalam satu tahun, itu bisa jadi satu desa, jadi Purwakarta ini satu tahun bisa menghasilkan satu desa, dan ini tentu ini butuh perhatian kita semua, karena ini menjadi penting, karena menurut pendata hanya 60% saja yang ikut KB,” kata Wahidin.

Peserta KB memang tidak bisa seratus persen, terutama penganten baru, kemudian keluarga yang baru memiliki satu anak, karena membutuhkan jeda sebelum memiliki anak kedua.(art)