Saat Sosialisasi BKKBN, Wenny Haryanto Sebut 3.600 Balita di kota Bekasi Alami Stunting

Wenny Haryanto, anggota Komisi IX DPR RI

PROSIAR – Bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), anggota Komisi IX DPR RI Dra.hj.Wenny Haryanto ,S.H, melanjutkan sosialisasi penguatan pendataan keluarga kelompok sasaran bangga kencana bersama mitra tahun 2021, Kamis (07/10/2021) di Aula Rumpikal kecamatan Medan Satria kota Bekasi Jawa Barat.

Dalam pemaparannya, Wenny Haryanto membuka data hasil pendataan keluarga yang sudah dilakukan sejak April hingga Juni lalu tentang jumlah balita yang menderita stunting di kota Bekasi.

“Kalau di kota Bekasi, ada yang terdata itu 3.600 balita stunting berdasarkan hasil pendataan kemaren,” ungkap Wenny Haryanto dihadapan para kader KB dan kader posyandu peserta sosialisasi.

Wenny menjelaskan apa itu stunting, yaitu kondisi gizi kronis yang diderita anak dalam kurun waktu yang panjang yaitu sejak dalam kandungan sampai usia dua tahun.

“Kelihatan dari tinggi badannya, kelihatannya dia lebih pendek dari anak-anak sebayanya, tapi ini beda dengan kerdil ya, kalau kerdil itu kelainan genetic,” lanjutnya.

Menurut Wenny, ada beberapa gejala-gejala anak yang mengalami stunting, yang pertama pertumbuhan giginya terlambat, menurunnya kemampuan fungsi dan memori belajar, pertumbuhan tubuhnya lambat, wajahnya lebih muda dari teman-teman sebayanya, pubernya terlambat,pada usia 8 sampai 10 tahun, anak punya kecendrungan pendiam dan menghindari kontak mata dengan lawan bicaranya, kemudian karena kekurangan gizi kronis maka anak menjadi mudah diserang penyakit.

“Nah, apakah stunting bisa dicegah, bagaimana pencegahannya, yang pertama ketika ibu sedang hamil berikan tablet penambah darah, berikan ibu hamil nutrsi yang lengkap (4 sehat 5 sempurna), ketika bayi lahir berikanlah imunisasi dasar lengkap, berikanlah asi ekslusif kepada bayi selam enam bulan, perilaku hidup sehat, jangan lupa pantai pertumbuhan bayi setiap bulan,” lengkap Wenny.

Munawar Asikin, Direktur perencanaan pengendalian penduduk BKKBN RI

Sementara itu, Direktur perencanaan pengendalian penduduk BKKBN RI Dr.Munawar Asikin,S.si,M.se menjelaskan, bahwa stunting merupakan masalah besar dunia.

“Stunting itu adalah nama lain dari kemiskinan, dulu kita tahu kemiskinan, kemiskinan dan sekarang disebut stunting. Nah di Indonesia stunting itu 33% secara nasional, jadi kalau kita punya 100 balita, 34 orangnya stunting, dan itu menurut dunia kita termasuk negara yang memiliki resiko tinggi stunting,” kata Munawar.

Dijelaskan Munawar, tahun dari data tahun 2019 angka stunting Indonesia 27,67% dan berusaha diturunkan diangka 14% tahun 2024, yaitu sekitar 4% pertahun.

“Caranya kita harus bersama-sama bergotong royong, membantu anak-anak agar terlepas dari masalah stunting ini,” tambahnya.

Wahidin, Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Barat

Kepala perwakilan BKKBN provinsi Jawa Barat DR.Drs Wahidin ,M.kes menyoroti tentang jumlah penduduk Jawa Barat yang sangat padat dan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, yaitu hampir 50 juta jiwa.

“Di kota Bekasi untuk Jawa Barat itu merupakan daerah terpadat ke tiga, yang terpadat itu adalah kota Bandung sekitar 14 ribu perkilometer, Cimahi dan ketiga kota Bekasi, kepadatannya sekitar 12 ribu perkilometer,” beber Wahidin.

Pintauli R. Siregar, Kordinator bidang KBKR BKKBN provinsi Jawa Barat

Kordinator bidang KBKR BKKBN provinsi Jawa Barat Ir.Pintauli R Siregar.MM menjelaskan tentang program-program yang diselenggarakan BKKBN.

“Program bangga kencana memiliki beberapa kelompok program mulai dari program genre untuk remaja, program kelompok yang ingin meningkatkan pendapatan keluarga hingga kelompok lanjut usia,” tutup Pintauli Siregar.

Kegiatan ini dilaksanakan dengan mematuhi protocol kesehatan untuk menghindari penyebaran covid-19.(art)