Wenny Haryanto: Tugas Berat BKKBN Turunkan Angka Stunting Sampai 14% di Tahun 2024

Dra. Hj. Wenny Haryanto, SH, anggota Komisi IX DPR RI

PROSIAR – Melanjutkan tugas pengawasannya sebagai anggota DPR RI, Dra. Hj. Wenny Haryanto, SH, kembali menjadi narasumber pada acara sosialisasi penguatan pendataan keluarga kelompok sasaran bangga kencana bersama mitra tahun 2021, Jumat (15/10/2021) di kelurahan Jati Rasa kecamatan Jati Asih kota Bekasi, Jawa Barat.

“Ada tiga fungsi anggota DPR yang pertama membuat undang-undang bersama pemerintah, yang kedua membuat anggaran bersama pemerintah dan yang ketiga melakukan pengawasan terhadap undang-undang yang dibuat dan anggaran yang sudah digelontoran kepada pemerintah apakah dijalankan dengan baik. Nah dalam rangka itulah saya hadir disini untuk mengawasi kinerja BKKBN, Alhamdulillah BKKBN menjalankan fungsinya dengan baik,” kata Wenny Haryanto saat menyampaikan materinya dihadapan para peserta sosialisasi.

Wenny menjelaskan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BBKBN) mendapatkan tugas berat dari presiden Joko Widodo untuk menurunkan angka stunting dari 27% menjadi 14% di tahun 2021.

“Tahun 2019 masih 27%, bayangkan dari 27% ke 14% jadi selisihnya 13% loh, itu bukan kerja yang mudah, dan itu dikuatkan dengan perpres no 72 tahun 2021 tanggal 5 Agustus 2021. Program tersebut sangat berat dijalankan jika tidak ada bantuan dari masyarakat, tidak ada kerja sama dari penyuluh KB maupun kader KB, PKK dan posyandu, pak RT RW dan sebagainya. Oleh karena itu agar target itu dapat tercapai maka program stunting ini harus berhasil. Bagaimana agar program stunting itu berhasil caranya kita harus tahu, stunting itu apa, gejalanya apa, pencegahaannya apa,” beber Wenny Haryanto.

Lebih lanjut Wenny menjelaskan apa itu stunting dan bagiaman mencegahnya agar anak tidak mengalami stunting.

“Stunting itu adalah kondisi gagal pertumbuhan akibat kurang gizi kronis pada waktu yang lama, biasanya 1000 hari pertama kehidupan, ketika bayi masih dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun. Akibatnya apa, biasanya anak menjadi lebih pendek dari anak-anak seusianya,” kata Wenny lagi.

I Made Yudhistira Dwipayama,S.Psi,M.Psi, Plt.Direktur Bina Penggerakan Lini Lapangan BKKBN RI

Wenny juga menjelaskan ciri-ciri dan gejala anak yang mengalami stunting, seperti pertumbuhan giginya terlambat, menurunnya memori dan focus belajar, pertumbuhan tubuh melambat, wajah lebih muda dari pada teman-teman sebayanya, puberitasnya terlambat, kalau yang lainnya perempuan sudah menstruasi dia belum, pada usia delapan sampai 10 tahun anak kecendrungan pendiam dan menghindari kontak mata dengan lawan bicaranya, karena gizinya yang kurang maka tubuhnya mudah terserang penyakit.

“Kabar baiknya bahwa ternyata stunting itu bisa dicegah, pertama ketika sedang hamil jangan lupa mengkonsumsi obat tambah darah, karena biasanya ibu-ibu yang hamil itu anemia berat, padahal ia harus memberikan zat besi kepada bayi yang dikandungnya. Ibu yang sedang hamil harus mendapatkan asupan gizi yang seimbang, yaitu empat sehat lima sempurna. Ketika bayi sudah lahir berikanlah imunisasi lengkap setiap bulan. Berikan asi ekslusif selama enam bulan, jangan diberikan campuran lain seperti susu kaleng atau pisang, terapkan perilaku hidup bersih, selalu jaga pertumbuhan bayi, bawa setiap bulan ke puskesmas, posyandu atau dokter,” lengkapnya.

Selian Wenny Haryanto, juga hadir Plt.Direktur Bina Penggerakan Lini Lapangan BKKBN RI, I Made Yudhistira Dwipayama,S.Psi,M.Psi. Ia menggambarkan bahaya stunting sebagai sebuah bencana yang tidak diketahui semua orang tapi berpotensi negara bisa mengalami lost generation atau kehilangan generasi.

“Tidak tumbuh dari organ otaknya atau organ-organ lain, itulah yang membuat kalau kita tidak menyadari kondisi ini maka kita akan kalah bersaing dengan Negara-negara lain. Bapak ibu sekalian para kader untuk memberikan sosialisasi kepada remaja-remaja putri agar mau menjaga gizinya, calon pengantin juga diedukasi jangan kalau merencanakan perkawinan yang difkirkan pestanya, prawedingnya. Padahal yang lebih penting adalah prakonsepsi, dicek kesehatannya seblum menikah, sehat nggak, jangan-jangan anemi, jangan jangan kekurangan darah, kekurangan gizi. Kalau kondisi itu jangan dulu hamil, karena berpotensi besar anak lahir stunting,” tutur I Made Yudhistira Dwipayama.

Kepala perwakilan BKKBN provinsi Jawa Barat, DR.Drs Wahidin,M.kes juga menyampaikan materi tentang Banggakencana, atau pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana.

DR.Drs Wahidin ,M.kes, Kepala perwakilan BKKBN provinsi Jawa Barat

“Bangga kencana ini banyak programnya, mulai dari yang baru lahir yaitu program Bina Balita, Bina Remaja, Bina Lansia, UPPKA, terkait kependudukan ada Kapmung KB dan terkait keluarga berencana tentu ada program kontra sepsi, dan dua program tambahan baru yang diberikan presiden yaitu vaksin covid dan stunting,” jelasnya.

Kegiatan sosialisas ini dilkasnakan dengan tetap menjalankan protocol kesehatan yang ketat.(art)