PROSIAR – Anggota Komisi IX DPR RI, Hj. Aliyah Mustika Ilham, SE, bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kembali menggelar Sosialisasi penguatan pendataan keluarga dan kelompok sasaran bangga kencana bersama mitra tahun 2021, Rabu (1/12/2021) di Maleo Hotel kecamatan Rappocini kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Dalam orasinya, Aliyah menyinggung tentang masalah stunting, atau kondisi kekurangan gizi kronis yang dialami anak. Menurutnya, penyebab utama kondisi tersebut adalah karena pasangan yang menikah diusia dini, atau dibawah yang sudah ditetapkan undang-undang yaitu 21 perempuan dan 25 laki-laki.
“Pencegahan stunting ini dititik beratkan kepada kaum remaja, dan kita harus memberikan pemahaman kepada kaum remaja dan khususnya generasi penerus adalah pencegahan stunting, bagaiman kita memberikan pemahaman kepada remaja supaya tidak menikah dini, Karena faktor terbesar faktor utama dari pada stunting itu adalah karena diakibatkan pernikahan dini,” kata Aliyah dihadapan para peserta sosialisasi.
Menurutnya, remaja yang menikah dini dianggap belum siap menjalani bahtera rumah tangga dan belum siap menjadi orang tua.
“Ada di salah satu kabupaten yang menerima lamaran padahal ia masih usia sekolah, itu diusia smp untuk perempuannya dan laki-lakinya masih sma, padahal peraturan perundang-undangan yang sudah disahkan minimal perempuan usianya 21 tahun dan laki-laki 25 tahun, mungkin walaupun sudah menunda empat tahun, kalau dihitung secara seksama itu juga belum mencukupi,” lanjutnya.
Sementara itu, Ihsan, Adpin BKKBN Sulawesi Selatan mengatakan, angka stunting di Indonesia saat ini masih tinggi, yaitu 27%. Presiden memerintahkan kepada BKKBN dan semua kepala daerah di tanah air, agar bisa menekan angka tersebut menjadi maksimal 14%.
“Kita sudah diberi tugas berat oleh presiden, menurunkan angka stunting dari 27% menjadi 14% tahun depan. Jadi kami berharap melalui program bangga kencana yang kami buat, bisa mewujudkan keinginan presiden tersebut,” kata Ihsan, Adpin BKKBN Sulawesi Selatan.
Sementara di Sulawesi Selatan menurut Ihsan, ada 17 dari 24 kabupaten kota di provinsi ini yang menjadi lokus stunting.
“Kemaren di gubernuran ada 17 lokus stunting, dilakukan aksi langsung ke lapangan. Kami di BKKBN sudah punya tenaga pendamping keluarga. Satu tim itu ada bidannya, ada PKK nya ada petugas lapangannya,” lanjut Ihsan.
Peserta yang mengikuti acara sosialisasi ini, bisa membawa pulang sejumlah hadiah yang sudah disediakan panitia, diantaranya sepeda, TV LED, kompor gas, kipas angina, rice cooker dan sebagainya.(art)