Netty Prasetiyani Ajak Warga Indramayu Bangun Ketahanan Keluarga Bebas Stunting

PROSIAR – Dalam rangka mewujudkan ketahanan keluarga, BKKBN bersama mitra Komisi IX DPR RI melaksanakan Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga dan Kelompok Sasaran Bangga Kencana Bersama Mitra tahun 2021 di Wilayah Jawa Barat. Pesertanya adalah Kader KB dan Kader Posyandu yang berasal dari Kabupaten Indramayu, Senin (18/10/2021).

Pelaksanaan kali ini berlangsung di Aula Islamic Center Indramayu, Jalan Soekarno Hatta No.1 Desa Pekandangan, Kecamatan Indramayu, Kab. Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Hadir sebagai nara sumber utama adalah Anggota Komisi IX DPR RI Dr Hj Netty Prasetiyani, M.Si. dan Direktur Bina Akses Pelayanan KB BKKBN RI Dr H. Zamhir Setiawan, M.Epid. Hadir dan memberikan sambutan dalam sosialisasi ini Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Dr Drs Wahidin, M.Kes., dan Kadis DP2KB Kabupaten Indramayu Dra. Tri Nani Rochaeningsih, MM.

Menurut Anggota Komisi IX DPR RI Dr Hj Netty Prasetiyani, M.Si., tidak ada satu pun bangsa yang kuat, bangsa yang sukses, kecuali dimulai dari pembangunan ketahanan keluarga. Karena itu kita bersyukur bahwa pembangunan nasional Indonesia berorientasi pada meningkatkan ketahanan keluarga.

Maka oleh sebab itu, pembangunan ketahanan keluarga itu harus dimulai dari perencanaan, tidak tiba-tiba saja. “Makanya ada tagline dari BKKBN yaitu Berencana Itu Keren. Jika keluarga tidak direncanakan, maka ketahuilah bahwa menuju pada sebuah keluarga yang lemah pada akhirnya,” ujar Netty Prasetiyani.

Melalui sosialisasi ini, dengan bantuan Kader KB dan Kader Posyandu diharapkan gerakan perencanaan keluarga ini dapat dilakukan secara masif, mulai dari pendidikan pra nikah, mengawal kesehatan dan gizi ibu hamil, mengawal gizi dan kesehatan bayi sampai usia dua tahun. Sehingga dari keluarga yang direncanakan ini benar-benar lahir generasi yang bebas stunting dan berkualitas untuk pembangunan Indonesia jaya kedepannya.

Ditambahkan Netty Prasetiyani, bahwa orang-orang yang sukses dan berhasil selalu dimulai dari keluarga. Ada proses penanaman nilai, ada kebiasaan, ada pengawasan. Dari keluarga lah kita dilesatkan kepada berbagai ruang kehidupan.

Kadis DP2KB Kabupaten Indramayu Dra. Tri Nani Rochaeningsih, MM mengatakan, sosialisasi ini sangat penting dilakukan dan bermanfaat untuk daerah, terutama dalam menyiapkan ketahanan keluarga berupa perencanaan pra nikah, menjaga ibu hamil, pasca bayi lahir, bahkan termasuk menjaga anak remaja.

Menurut Tri Nani Rochaeningsih, orang tua diharapkan menjaga pergaulan dari anak gadis dan remaja pria. Sebab dua hal yang menonjol sedang menyerang remaja adalah perilaku seks bebas dan napza (narkotika dan zat adiktif). Semoga anak-anak kita tidak terjerumus kepada masalah-masalah remaja itu.

Kemudian Tri mengingatkan ancaman anak stunting, atau kekurangan gizi kronis. Ini bisa dicegah sejak awal, yaitu sejak ibu mengalami hamil. Gizi dan kesehatan ibunya dijaga, sampai bayi lahir dan berusia dua tahun. “Kita harapkan ada edukasi terus menerus kepada keluarga untuk mempersiapkan keluarga kepada anaknya yang akan menikah. Alhamdulillah di Indramayu ada namanya Geber (Generasi Berencana) yang salah satu perannya memberikan edukasi pra nikah kepada pasangan yang akan membangun rumah tangga seperti batasan usia untuk menikah yaitu minimal 21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki,” kata Kadis DP2KB Indramayu Tri Nani Rochaeningsih.

Sementara itu Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Dr. Drs. Wahidin, M.Kes dalam sambutannya menyebutkan bahwa
Total Fertility Rate (TFR) di Indramayu masih cukup tinggi, di atas angka TFR Provinsi Jawa Barat. Apa itu TFR? Yaitu jumlah anak yang dilahirkan seorang perempuan dalam masa subur berproduksi. Di Indramayu angkanya 2,48 atau hampir 3. Artinya, rata-rata anak yang dilahirkan perempuan di Indramayu antara 2 sampai 3. Ini sudah cukup baik, namun angkanya di atas Provinsi Jawa Barat.

Kemudian di Indramayu jumlah kelahiran bayi oleh perempuan berusia 15-19 tahun masih tinggi, yaitu 50 bayi per 1.000 wanita yang telah menikah. Ini jauh di atas angka Provinsi Jawa Barat yang hanya 28 bayi.

“Data ini membuktikan bahwa pernikahan usia dini, 15-19 tahun, masih tinggi. Akibatnya angka perceraian dari pasangan yang menikah muda ini masih cukup tinggi, yaitu 44 persen. Karena itu perlu upaya dan kerja keras dari kita bersama untuk terus mensosialisasikan pencanaan keluarga berupa himbauan batasan usia nikah dan edukasi pra nikah ini,” kata Wahidin.

Sementara itu pembicara yang tidak kalah menarik adalah Direktur Bina Akses Pelayanan KB BKKBN RI yaitu Dr. H. Zamhir Setiawan, M.Epid yang bicara panjang lebar tentang stunting. Menurutnya, tiga hal utama yang menyebabkan stunting itu yang pertama kekurangan gizi kronis dan masa yang panjang. Kedua, sakit-sakitan yang akan menggangu pertumbuhan dari bayi. Ketiga disebabkan oleh adalah lingkungan yang tidak bersih.

Menurut Zamhir Setiawan, jika fasilitas air bersih tidak tersedia, jamban tidak tersedia, ini akan menyebabkan BAB (buang air sembarangan) yang rentan dengan penyakit seperti diare. Maka bayi yang menderita diare akan sangat terganggu pertumbuhannya. Maka selalu jaga lingkungan yaitu air bersih dan jamban.

Kemudian asap rokok, ini juga sangat berbahaya karena jika dihisap oleh ibu hamil maka anak bayi yang dilahirkannya mengalami resiko stunting. “Mari kita mengetahui apa itu stunting dan melakukan pencegahan stunting, sehingga bayi yang lahir adalah bayi sehat dan bebas stunting untuk menuju generasi mendatang yang berkualitas,” kata Zamhir Setiawan.

Kegiatan Sosialisasi Penguatan Pendataan Keluarga dan Kelompok Bangga Kencana BKKBN bersama mitra Komisi IX DPR ini berlangsung hangat, karena ada tanya jawab dan berbagi pengalaman. Diikuti dengan protokol kesehatan yang ketat oleh semua peserta. (yah)