PROSIAR – Lebih dari 66 ribu warga Sumatera Barat, mengalami kecanduan narkoba atau obat-obat terlarang. Hal itu terungkap saat sosialisasi penguatan pendataan keluarga kelompok sasaran bangga kencana yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, bersama anggota Komisi IX DPR RI, di pusat rehabilitasi sosial narkoba di kelurahan Dadok Tunggul Hitam kota Padang, pada Rabu siang (06/10/2021).
66 ribu tersebut merupakan data terakhir pada tahun 2020 lalu, dan belum termasuk pendataan tahun 2021. Tingginya angka pecandu narkoba di Sumatera Barat, diungkap Andi, direktur Yayasan Bina Insan Andalas (BIAS), pengelola panti rehabilitasi sosial narkoba yang ada di Dadok Tunggul Hitam.
Menurutnya, angka 66 ribu tersebut, merupakan pecandu narkoba yang terdaftar, atau yang diketahui karena ditangkap polisi, Satpol PP ataupun diantarkan oleh keluarganya ke tempat-tempat rehabilitasi. Diduga, masih banyak pecandu narkoba yang belum diketahui atau yang masih sembunyi sembunyi.
“Untuk tahun lalu saja, bukan tahun sekarang, November 2020 tercatat di Sumatera Barat angka penyalahguna narkotika 66.792 orang, itu bukan angka yang kecil. Itu baru yang melaporkan diri baru yang terdata oleh rehabilitasi, nah bagaimana kira-kira angkanya kalau ditambah yang belum mendaftarkan diri,” ujar Andi, saat berorasi di depan para peserta sosialisasi.
Di tempat rehabilitasi, pecandu narkoba didampingi dokter untuk sejumlah terapi, mulai dari detoksifikasi, totok syaraf, bekham hingga rukiyah. Selain itu, mereka juga mendapatkan pendampingan religi, keterampilan serta bantuan stimulus untuk memulai usaha dari pemerintah, bagi yang sudah selesai menjalani rehabilitasi.
“Begitu selesai dari program rehabilitasi, kita berlanjut pada program pasca rehab, dengan pembimbingan ditengah masyarakat,” lanjut Andi.
Pecandu narkoba, menjadi beban bagi masyarakat dan juga pemerintah, sehingga perlu untuk dipulihkan kembali fisik serta mentalnya, dengan cara rehabilitasi.
“Jadi kalau ada anak-anak kita yang kecanduan narkoba, segera bawa ke tempat rehabilitiasi ini, karena disini disamping diobati dokter, juga dibina mentalnya, dilatih, nanti keluar dari sini mau jadi apa,” ucap Suir Syam, anggota Komisi IX DPR RI.
Di kota Padang, ada tiga tempat rehabilitasi pecandu narkoba, yang melayani setidaknya sepuluh hingga tiga puluh pecandu narkoba setiap bulannya. Di tempat rehabilitasi ini, mereka menjalani terapi selama empat hingga enam bulan, dengan biaya sendiri.
Sementara itu, penyuluh keluarga berencana ahli utama BKKBN RI Nofrijal mengatakan, menjauhkan generasi muda dari narkoba, termasuk salah satu program yang dikelola oleh BKKBN, yaitu Bina Remaja atau Genre.
“Narkoba ini termasuk ekstra ordinary, penyakit Indonesia, penyakit utama itu korupsi yang kedua narkoba. Jadi itu adalah tantangan sangat berat bagi generasi kita di Indonesia ini untuk menjadi pesaing utama, jangankan di dunia, di Asean kita harus betul-betul harus punya perhatian dengan narkoba ini. Karena secara ilmu, kita punya 4 kamar di otak, yang tiga hancur oleh narkoba, jika kita tidak hati-hati,” kata Nofrijal menjelaskan bahaya narkoba.
Selain ketiga narasumber diatas, juga hadir Budi Mulia, Kepala Bidang Advokasi Pergerakan dan Informasi BKKBN Perwakilan Sumbar, juga hadir Editiawarman, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Padang.
Para peserta sosialisasi pulang membawa bingkisan berupa sembako yang sudah disiapkan panitia. Acara ini diselenggarakan dengan mematuhi protocol kesehatan yang ketat.(art)