Sosialisasi di Bekasi, Putih Sari: Ibu-ibu Mesti Rajin ke Posyandu, Agar Anaknya Tidak Stunting

Drg Putih Sari, anggota Komisi IX DPR RI

PROSIAR – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama anggota KOmisi IX DPR RI, Drg. Putih Sari, kembali menggelar sosialisasi penguatan pendataan keluarga dan kelompok sasaran bangga kencana bersama mitra tahun 2021, Selasa (19/10/2021) di desa Samudra Jaya kecamatan Tarumajaya kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Selain Putih Sari, juga hadir Direktur Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN RI, Dr.edi setiawan,S.Si,M.Sc,MSE, serta Kordinator Bidang Latbang BKKBN provinsi Jawa Barat, Angelia Sri Melani Winyarti,SE.MM sebagai narasumber.

Dalam pemaparannya, Putih Sari lebih banyak menjelaskan tentang stunting kepada para peserta sosialisasi, karena masih banyak warga yang belum mengerti apa itu stunting.

“Baiklah, karena banyak yang tidak paham apa itu stunting, maka saya akan menjelaskan tentang stunting. Stunting itu kondisi gizi kronis yang dialami anak sejak masa seribu hari pertama kehidupan. Itu kapan dimulainya, pada saat konsensi pertama pertemuan indung telur dengan sperma. Nah Stunting itu dimulai pada saat pra konsensi,” jelas Putih Sari.

Ia melanjutkan penjelasan ciri-ciri dari anak stunting, diantarnya menurut Putih Srai yaitu tinggi badannya lebih rendah daripada standar seusianya.

“Bagaimana mengetahuinya, ibu-ibu harus rajin membawa anaknya ke posyandu. Untuk mengetahui anak kita stunting atau tidak harus datang ke posyandu, mengukur tinggi badan, timbangan berat badan,” ucap Putih Sari.

Direktur Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN RI, Dr.Edi Setiawan,S.Si,M.Sc,MSE, menjelaskan yang menjadi penyebab stunting adalah kekurangan gizi yang di alami anak sejak masih dalam kandungan. Bahayanya, jika anak stunting, kedepannya dia menjadi tidak produktif.

“Kalau anak balita sekarang stunting, kedepannya dia akan menjadi manusia yang tidak produktif, sakit-sakitan, lemot, kecerdasannya berkurang, kemampuannya berkurang, apa-apa nggak bisa, jadi anaknya terbatas,” kata Edi Setiawan.

Menurutnya, masa depan Indonesia tergantung pada anak-anak yang saat ini kita lahirkan. Jika anak Indoensia saat stunting, tentu di nasa keemasan Indonesia tahun 2045, Negara kita tidak bisa bersaing dengan Negara lain karena masyarakatnya tidak produktif.

“2045 kita akan bisa mencapai kesejahteraan jika kita bisa memanfaatkan bonus demografi itu, kalau kita bisa menciptakan sumberdaya-sumberdaya yang berkualitas. Jika anak-anak Indonesia banyak yang stunting, bisa jadi masa depan bangsa ini akan suram, karena Indonesia dilanjutkan oleh generasi yang tidak produktif,” jelasnya.

Angelia Sri Melani Winyarti,Kordinator bidang Latbang BKKBN provinsi Jawa Barat

Kordinator bidang Latbang BKKBN provinsi Jawa Barat, Angelia Sri Melani Winyarti,SE.MM, menyampaikan tentang fungsi keluarga. Menurutnya ada delapan fungsi keluarga, yaitu:

  • Fungsi Agama: Memberikan panutan yang baik dalam ibadah dan perilaku kepada anak
  • Fungsi kasih: Memberikan cinta kasih sepenuhnya kepada anak
  • Fungsi Perlindungan: Menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam keluarga
  • Fungsi Ekonomi : Orang tua berkewajiban memenuhi kebutuhan keluarga
  • Fungsi Reproduksi : Bersepakat anak, jarak kelahiran, dan kesehatan reproduksi
  • Fungsi Sosial budaya: Contoh bertutur dan bertindak dengan baik bagi anak
  • Fungsi sosialisasi Pendidikan: bersosialisasi dengan santun dan berpendidikan
  • Fungsi pembinaan lingkungan : mengajarkan anak menjaga keharmonisan keluarga dan lingkungan.

“Sekecil apapun suami berpenghasilan, itulah yang dikelola oleh seorang istri, mensyukuri apa yang dihasilkan pasangan itulah bentuk keluarga yang harmonis,” tutur Angelia Sri Melani Winyarti.(art)