CILACAP, -Beredar pemberitaan di salah satu media bahwa telah terjadi adanya intimidasi dan penghinaan terhadap jurnalis di wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.
Dalam pemberitaan tersebut disebutkan intimidasi menimpa seorang Redaktur Pelaksana (Redpel) dan Pemimpin Redaksi (Pemred) oleh salah satu wartawan media online.
Kejadian bermula ketika MH selaku Redaktur Pelaksana (Redpel) bertemu NR di sebuah warung makan lokasi desa Bumireja, Kecamatan Kedungreja, Cilacap Jawa Tengah, pada Jumat 03 November 2023 sekira pukul 20.30 WIB. Usai makan tanpa diduga NR mengatakan, bahwa Pemred dan Pimprus media yang dinaungi MH adalah tukang ojek dan buruh pabrik. Tak sampai hanya disitu NR juga diduga merusak ponsel milik MH. Dalam unggahannya peristiwa tersebut diketahui RR selaku saksi pada saat kejadian.
Atas peristiwa tersebut turut mengundang keprihatinan banyak kalangan khususnya para pekerja pers. Guna memastikan tudingan yang di maksud maka perlu adanya klarifikasi.
NR saat dikonfirmasi, Sabtu (04/11/2023), menyampaikan kronologis dan peristiwa saat kejadian. Pihaknya membantah, bahwa dirinya mengintimidasi, menghina, bahkan memfitnah sesama rekan awak jurnalis.
“Sepulang dari Cilacap pada Jumat pukul 20.30 WIB, kebetulan saya lapar dan mampir di warung makan. Awalnya saya tidak tahu kalau di warung itu ada MH, rekan kami,” ucap NR.
Menurut NR, warung tersebut sedang ramai oleh para sopir truk yang sengaja mampir untuk makan.
“Warung dalam kondisi ramai, saat itu MH bercerita dengan para pengemudi truk. Sambil makan saya dengar obrolan dan cerita MH, bahwa ia sedang kuliah hukum di salah satu Universitas,” katanya.
“Sebagai wartawan MH mengklaim dirinya merupakan satu-satunya wartawan yang diakui dan terdeteksi oleh Google, untuk meyakinkan teman bicaranya MH menyuruh pengemudi truk untuk membuka Google dengan mengetik MH kemudian namanya muncul, disitu jelas yang diakui hanya MH, sedang lainnya abal-abal,” ujar MH di dengar langsung oleh NR.
Dengar obrolan yang diduga menyudutkan sesama profesi ada kata “lainnya abal-abal” sontak NR terpancing dengan menyampaikan kata-kata yang menurutnya meluruskan.
“Profesi saya sama dengan MH yakni wartawan. MH mengatakan, selain MH yang lain abal-abal, dengan kata-kata itulah saya terpancing. Menurut saya apa yang dikatakan MH bukan tolak ukur. Setahu saya wartawan bekerja di perusahaan pers mempunyai legalitas, berbadan hukum, kantor perusahaan ada, punya ID card, surat tugas dan namanya tercantum di box redaksi, hubungannya dengan Google itu apa,” tuturnya.
“Perlu di garis bawahi, bahwa terkait saudara MH bersteatmen untuk mengakui dirinya sebagai wartawan yang diakui pihak Google, sementara wartawan lain abal-abal, itu artinya sudah merendahkan atau melecehkan profesi wartawan lain,” tegasnya.
NR mengungkapkan bahwa tidak hanya ucapan saja, MH juga berusaha menyorot dirinya dengan menggunakan ponsel miliknya.
“MH tiba-tiba mengambil handphone, kemudian menyorot kamera video kearah saya. Karena posisi dekat, saya reflek sambil menunjuk dan menyentuh handphonenya. Reaksi saya reflek sehingga menjatuhkan handphone yang terkesan disengaja. Tak ada niatan sengaja menjatuhkan apalagi merusak,” terangnya.
Terkait tudingan penghinaan, menjelekan Pemred dan Pimprus, NR mengaku bingung dan tak terlontar sama sekali.
“Terkait dugaan menghina, menjelekan Pemred dan Pimprus dengan mengatakan tukang ojek, buruh pabrik justru yang mengucapkan saudara MH sendiri,” jelasnya.
“Mungkin saudara MH mengingat masa lalu. Masalah ini sebetulnya intern secara pribadi yang terpendam hingga sekarang. Saya menduga MH memancing hingga terjadi reaksi kami. Namun mestinya jangan dikaitkan dengan profesi,” ungkap NR.
Harapan saya apapun profesinya, jangan saling menjatuhkan, menjelekan apalagi kita sesama satu profesi.
Berdirilah tanpa harus menginjak kaki orang lain. Kalau kita makan di tempat makan yang sama, minimal jangan menjatuhkan piring orang yang ada di tempat itu,” tandasnya. (*)